Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan harga saham emiten beras di pasar saham Indonesia alami tekanan pada sesi pertama perdagangan saham Senin (24/7/2017). Analis menilai akan ada aturan Kementerian Perdagangan soal harga eceran tertinggi (HET) beras berdampak negatif terhadap pergerakan harga saham emiten beras selain ada kasus dugaan kecurangan beras.
Berdasarkan data RTI, pada sesi pertama, saham PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) turun 60 poin atau 4,98 persen ke level Rp 1.145 per saham. Harga saham AISA sempat berada di level tertinggi Rp 1.205 per saham dan terendah Rp 905 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 15.946 kali dengan nilai transaksi Rp 217,5 miliar.
Pada perdagangan saham Jumat pekan lalu, saham AISA sempat jatuh 24,92 persen ke level Rp 1.205 per saham. Harga saham AISA sempat berada di level tertinggi Rp 1.605 per saham dan terendah Rp 1.205 per saham.
Pada pukul 14.43 WIB, harga saham AISA berbalik arah ke zona hijau dengan naik 4,15 persen ke level Rp 1.255 per saham.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, pada sesi pertama, harga saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) turun 34 poin atau 8,21 persen ke level Rp 380 per saham. Harga saham HOKI sempat berada di level tertinggi Rp 414 dan terendah Rp 366 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 4.734 kali dengan nilai transaksi Rp 27 miliar.
Pada Jumat pekan lalu, saham HOKI naik 2,48 persen ke level Rp 414 per saham. Saham HOKI sempat berada di level tertinggi Rp 456 per saham dan terendah Rp 392 per saham.
Pada penutupan perdagangan saham pukul 16.00 WIB, saham HOKI turun 7,25 persen ke level Rp 384 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 6.926 kali. Nilai transaksi Rp 45 miliar.
Sementara itu, harga saham AISA naik 4,15 persen ke level Rp 1.255 per saham. Total frekuensi perdagangan 23.669 kali dengan nilai transaksi Rp 306,7 miliar.
Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi beras memberi kekhawatiran kepada pelaku pasar kalau hal itu berdampak terhadap kinerja perseroan.
Hans menilai, hal itu tersebut dapat berdampak terhadap marjin beras bermerek yang diproduksi oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan PT Buyung Putra Sembada Tbk. Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi beras Rp 9.000 yang akan tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 47/Tahun 2017.
"Harga saham AISA dan HOKI jadi terpuruk," ujar Hans saat dihubungi Liputan6.com.
Selain ada sentimen penetapan harga eceran tertinggi, Hans menilai, pelaku pasar juga menunggu perkembangan dari kasus dugaan praktik curang penjualan beras. Hal itu usai Tim Satuan Tugas (Satgas) Ketahanan Pangan dan Operasi Penurunan Harga Beras Mabes Polri menggerebek gudang beras milik anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu PT Indo Beras Unggul (IBU) pada Kamis 20 Juli 2017.
"Pelaku pasar wait and see mana yang dianggap otoritas salah. Saat ini belum ditentukan tersangka, belum gamblang apa yang disebut indikasi kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan," ujar Hans.
Dengan melihat kondisi itu, Hans merekomendasikan speculative buy untuk saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. "Speculative buy di harga saham Rp 900-RP 905," tutur dia.
Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya menyebutkan jika kerugian negara terkait dugaan pemalsuan dan pengoplosan beras subsidi di gudang beras milik PT IBU mencapai Rp 10 triliun.
"Hitungan kerugiannya seperti ini, yaitu harga beras di petani sekitar Rp 7.000/kg dan harga premium di konsumen sampai Rp 20.000/kg. Jika diasumsikan selisih harga ini minimal Rp 10.000/kg dengan pengkalian beras premium yang beredar 1,0 juta ton atau 2,2 persen dari beras 45 juta ton setahun, maka kerugian keekonomian ditaksir Rp 10 triliun," ujar Kepala Subbidang Data Sosial-Ekonomi pada Pusat Data dan Sistem Informasi, Ana Astrid dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu 22 Juli 2017.
Ana mengungkapkan ini menanggapi kabar jika ada kebohongan publik perihal kerugian negara terkait penggerebekan gudang PT IBU di Bekasi pada Kamis 20 Juli lalu.
Dia pun menjelaskan, yang dimaksud beras subsidi dimulai saat proses memproduksi beras tersebut. Terdapat subsidi input yaitu subsidi benih Rp 1,3 triliun dan subsidi pupuk Rp 31,2 triliun. Ini ditambah bantuan sarana dan prasarana bagi petani dari pemerintah yang nilainya dikatakan mencapai triliunan rupiah.
"Di luar subsidi input, ada juga subsidi beras sejahtera (Rastra) untuk rumahtangga sasaran (pra sejahtera) sekitar Rp 19,8 triliun yang distribusinya satu pintu melalui BULOG, dan tidak diperjualbelikan di pasar," jelas Ana.
Selain itu, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk yang merupakan induk usaha PT Indo Beras Unggul (IBU) membantah pihaknya telah merugikan negara sangat besar terkait pengoplosan dan penimbunan beras bersubsidi.
Direktur Tiga Pilar Sejahtera Jo Tjong Seng mengungkapkan apa yang dituduhkan kepada anak usahanya mengenai kecurangan dalam penjualan beras tersebut tidaklah benar.
"Kami sudah sampaikan kepada investor bahwa itu tidak benar. kami sudah berikan update ke mereka mengenai tahapan produksi yang kita lakukan. Kami tegaskan kami tidak melakukan pelanggaran dan produksi masih normal," kata dia di Jakarta, Sabtu 22 Juli 2017.
Dia menjelaskan harga beras hasil produksinya selama ini lebih murah dari pasaran karena kategori gabah yang perusahaan dapatkan berbeda dengan beras kualitas premium yang lainnya.
Selain itu, gabah yang kemudian diolah menjadi beras kualitas premium tersebut sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Jadi tidak ada upaya monopoli di sini. Gabah yang kami beli punya spesifikasi tersendiri jadi tidak bisa dibandingkan langsung dengan yang lan," tegas dia.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: