Liputan6.com, Jakarta Dua perempuan korban penyerangan air keras ini mampu hidup bersama dalam satu atap dengan penyerangnya. Penyerang itu adalah seorang laki-laki yang juga sekaligus ayah dan suami dua perempuan itu.
Mereka terpaksa hidup dalam satu rumah, karena tak ada tempat lain yang bisa dihuni. Selain itu, mereka berdua sering dihina dan dicela oleh penduduk di kampungnya, Agra, Uttar Pradesh.
Advertisement
Geeta Mahour, 40, dan anaknya, Neetu, 26, sampai hari ini tetap tinggal satu rumah dengan laki-laki, sang penyerang yang juga ayahnya sendiri, Inderjeet Mahour, 60.
Peristiwa mengerikan itu terjadi 25 tahun lalu. Saat itu Neetu baru berusia tiga tahun dan adiknya, Krishna, berumur 18 bulan.
Karena perselisihan keluarga, Mahour menyiramkan air keras ke wajah Geeta, Neetu dan Krishna ketika mereka tidur. Saat itu Mahour dalam keadaan mabuk.
Akibatnya, Geeta mengalami luka yang serius di wajahnya. Sementara Neetu harus menderita lebih parah karena air keras itu menyebabkan mata kirinya buta. Sementara adiknya, Krishna meninggal dunia setelah tiga bulan karena penyakit.
Mendapat siraman air keras dari suaminya, Geeta langsung melaporkan pria itu ke polisi. Namun ia ragu, jika suaminya dipenjara, ia khawatir tak bisa menghidupi kedua anaknya yang masih kecil.
Ia bimbang. Akhirnya ia memutuskan menarik laporannya dan memaafkan suami sekaligus ayah kedua anaknya.
Mereka lalu melanjutkan kehidupan berkeluarganya. Geeta tetap melayani suaminya layaknya istri-istri yang setia. Delapan tahun kemudia, ia melahirkan anaknya yang ketiga.
Bagaimana menurutmu? *
*Tonton video menarik berikut ini:
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6