Mengenal Lebih Dekat Merapi

Menurut ahli vulkanologi Berthommier, berdasarkan studi stratigrafi, sejarah geogologi Merapi dapat dibagi atas empat bagian, yakni Pra-Merapi, Merapi Tua, Merapi Pertengahan, dan Fase Merapi Baru.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Okt 2010, 15:11 WIB
Liputan6.com, Sleman: Merapi adalah satu dari puluhan gunung berapi di Indonesia yang terletak di perbatasan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah. Cerita sejarah gunung ini menarik untuk diketahui sebagai pengetahuan, terutama bagi Anda yang awam vulkanologi. Berikut tulisannya yang belum lama ini dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

Menurut ahli vulkanologi Berthommier, berdasarkan studi stratigrafi, sejarah geologi Merapi dapat dibagi atas empat bagian, yakni:
 
Pertama, Pra-Merapi (400 Ribu Tahun Lampau)
Pada masa ini, Merapi disebut "saudara kembar" Gunung Bibi yang memliki kandungan magma andesit basaltik berumur sekitar 700 ribu tahun. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2.050 meter dari atas permukaan laut (mdpl) yang sejajar dengan puncak Merapi berjarak sekitar 2,5 kilometer.

Foto dok. Liputan6.com


Karena umurnya yang sangat tua, bebatuan Gunung Bibi mengalami perubahan komposisi mineralogi batuan atau alterasi yang sangat kuat sehingga berubah bentuk menjadi batuan mineral.

Kedua, Merapi Tua (Sekitar 60 Ribu Hingga Delapan Ribu Tahun Silam)
Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal membentuk kerucut walaupun belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40 ribu tahun lalu. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic berupa awan panas, breksiasi lava hingga lahar.

Ketiga, Merapi Pertengahan (Sekitar Delapan Ribu Hingga Dua Ribu Tahun Silam)
Masa ini terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini tampak di lereng utara Merapi.

Foto dok. Liputan6.com


Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda sepanjang tujuh kilometer, dengan lebar satu hingga dua kilometer dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.


Keempat, Fase Merapi Baru (Sejak Dua Ribu Tahun Lalu Hingga Sekarang)

Pada masa ini, di dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang kini disebut Gunung Anyar, pusat aktivitas Merapi. Alhasil, ketinggian puncak Merapi naik mencapai 2.968 mdpl. Sempat terjadi letusan besar Merapi lima ratus tahun silam sehingga menutupi Candi Sambisari yang terletak kurang lebih 23 kilometer sebelah selatan Merapi.

Sejak memasuki fase baru, letusan yang sebelumnya bersifat letusan perlahan atau efusif berubah menjadi letusan kencang atau eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah lava. Alhasil, beberapa kali letusan kecil terjadi tiap dua atau tiga tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Tercatat, terjadi letusan Merapi yang berdampak sekitar 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Foto dok. Liputan6.com


Pada November 1994, Merapi kembali aktif "batuk" yang mengeluarkan embusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Sejak saat itu, aktivitas tinggi letusan kecil berlangsung terus-menerus dan mulai mereda 2003 lalu. Namun, sekitar 4 Juni 2006, Merapi meletus kembali, yang ditandai dengan beberapa kali terjadi gempa dan deformasi hingga memakan korban jiwa.

Foto dok. Liputan6.com


Kini, Merapi kembali mengamuk mengeluarkan awan panas disertai abu vulkanik atau wedus gembel bersuhu 600 derajat Celsius memakan korban sedikitnya 15 orang tewas, termasuk satu di antaranya Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi.(ADI/ANS)
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya