Liputan6.com, Providence - Deposit vulkanis kuno di Bulan mengungkap bukti baru tentang bagian dalam satelit Bumi tersebut. Menurut penelitian, deposit tersebut menunjukkan bahwa Bulan mengandung air dalam jumlah besar.
Dengan menggunakan data satelit, para ilmuwan dari Brown University mempelajari deposit piroklastik, yakni lapisan batuan yang kemungkinan terbentuk dari letusan gunung berapi berskala besar.
Advertisement
Dalam studi sebelumnya, telah ditemukan keberadaan jejak air es di daerah yang gelap di kutub Bulan. Namun, menurut seorang ahli geologi di Brown University, Ralph Milliken, air tersebut kemungkinan merupakan hidrogen yang berasal dari angin Matahari.
Sementara itu, penelitian terbaru mengungkap adanya kemungkinan kandungan air dalam jumlah besar di dalam mantel Bulan. Menurut Milliken, air kemungkinan terdapat di Bulan pada awal pembentukannya, sebelum satelit Bumi itu sepenuhnya padat.
"Kami mengamati air di deposit yang ada di permukaan saat ini, tapi deposit ini merupakan hasil magma yang berasal dari dalam bagian dalam Bulan," ujar Milliken, seperti dikutip dari Space.com, Selasa (25/7/2017). "Oleh karena itu, karena produk magma memiliki air, bagian dalam Bulan juga seharusnya mengandung air."
Dalam mencari tahu hal tersebut, para peneliti menganalisis data satelit dari instrumen Moon Mineralogy Mapper di atas probe Chandrayaan-1 milik India. Robot tersebut mengukur pantulan sinar Matahari pada panjang gelombang inframerah yang terlihat dan mendekati inframerah.
Untuk memperkirakan jumlah air yang terperangkap dalam deposit piroklastik, para ilmuwan harus mengisolasi sinar Matahari yang dipantulkan dari energi panas yang dipancarkan oleh permukaan panas Bulan.
"Mineral dan senyawa yang berbeda akan menyerap dan memantulkan cahaya dengan cara yang berbeda, jadi dalam kasus ini, kita melihat panjang gelombang di mana [molekul] H2O dan OH menyerap cahaya," kata Milliken.
"Kami menemukan bahwa ada penyerapan yang lebih besar pada gelombang untuk deposit piroklastik, yang mengindikasikan bahwa mereka mengandung OH atau H2O," ujar dia.
"Pekerjaan kami menunjukkan bahwa hampir semua endapan piroklastik besar juga mengandung air, jadi ini tampaknya merupakan karakteristik umum magma yang berasal dari bagian dalam Bulan," kata Milliken. "Artinya, sebagian besar mantel Bulan mungkin 'basah'."
Misteri Asal-usul Air di Bulan
Namun, pertanyaan bagaimana air masuk ke bagian dalam Bulan tetap belum terselesaikan.
"Secara umum diperkirakan bahwa fenomena berdampak besar yang membentuk Bulan terlalu energik dan panas untuk menjaga air tetap ada, tapi buktinya air masih tetap ada," kata Milliken.
"Salah satu pilihannya adalah, air itu ada setelah terjadi peristiwa berdampak besar, tapi sebelum Bulan benar-benar memadat, kemungkinan akibat komet pembawa air dan asteroid."
Menurut para ilmuwan, bukti bahwa terdapat air jauh di bawah permukaan Bulan mungkin juga berimplikasi pada bagaimana Bumi mendapatkan airnya. Temuan penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa deposit piroklastik dapat ditambang untuk mendapatkan air--yang dapat memicu misi masa depan ke Bulan.
"Deposit ini mungkin lebih mudah diakses dibanding air es yang ada di daerah gelap kutub Bulan," kata Milliken. "Air berat dan mahal untuk dibawa dari Bumi ke angkasa luar. Jadi, sedikit air yang bisa Anda dapatkan di Bulan merupakan hal besar dan membuka kemungkinan manusia untuk bermukim di Bulan."
Ke depan, para ilmuwan ingin memetakan endapan piroklastik secara lebih perinci sehingga mereka dapat lebih memahami bagaimana variasi konsentrasi air di antara endapan yang berbeda pada permukaan Bulan.
Milliken juga mencatat bahwa deposit tersebut akan menjadi target besar untuk eksplorasi masa depan. Sampel tersebut dapat dikumpulkan dan kemudian dipelajari untuk lebih memperbaiki perkiraan kandungan air di bagian dalam Bulan.
"Semakin baik kita mengerti berapa banyak air yang ada, maka semakin baik kita bisa memperkirakan proses yang bertanggung jawab dan kegunaan deposit untuk eksplorasi manusia masa depan," tambahnya.
Advertisement