Penyesalan MU Menjual 5 Pemain Ini

Para pemain ini bersinar usai melempem di MU.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2017, 06:48 WIB
Paul Pogba bersinar setelah tinggalkan Manchester United (MU) pada 2012. Dia akhirnya kembali ke Old Trafford tahun lalu. (Reuters/John Sibley)

Liputan6.com, Manchester - Manchester United (MU) merupakan salah satu klub terbesar dan terkenal di dunia. Namun, mereka ternyata sering salah lihat potensi pemain yang ada di dalam skuatnya.

Paul Pogba contoh nyata. MU menyia-nyiakan bakat pemain asal Prancis itu pada 2012 dan membiarkannya pergi ke Juventus.

Alhasil, begitu Pogba menunjuukkan kemampuan sebenarnya di Turin, MU terpaksa merogoh kocek dalam-dalam untuk mendatangkannya kembali. Tidak tanggung-tanggung, The Red Devils sampai memecahkan rekor transfer untuknya.

Bukan cuma Pogba, mereka beberapa kali menyia-nyiakan bakat pemain. Mereka tampil jauh lebih baik setelah meninggalkan Old Trafford.

Berikut adalah lima contoh pemain yang tampil apik semenjak cabut dari MU. Siapa saja? Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:


Michael Keane

Michael Keane. (AFP/Paul Ellis)

Sulit dipercaya bahwa Michael Keane ternyata pernah disia-siakan MU. Sempat diinginkan balik, dia baru saja menandatangani kontrak dengan Everton dengan harga 25 juta pounds dan menjadi salah satu bek termahal di Inggris

Waktunya di Old Trafford sangat berbeda. Keane bergabung dengan MU sebagai pemain muda di tahun 2009 dan menandatangani kontrak profesional pertamanya pada 2011. Pada 2012, hal-hal besar diprediksi bakal datang setelah dia tampil di tim pertama dan bahkan dapat penghargaan pemain terbaik tim cadangan.

Pada saat 2014/2015 bergulir, Keane diharapkan bisa menantang tempat di tim utama untuk selamanya. Sayangnya, dia justru dikirim ke Burnley dengan status pinjaman sampai Januari 2015. Burnley akhirnya mempermanenkan si pemain saat pinjamannya berakhir. Musim penuh pertamanya di Burnley dia tampil dalam 44 dari 46 pertandingan liga.

Keane jua mencetak lima gol saat timnya memenangkan Divisi Championship dan promosi ke Liga Inggris. Pada 2016/2017 Keane menjadi salah satu pemain terhebat Burnley sehingga pada bulan Maret 2017 mendapat panggilan timnas Inggris pertamanya.


Wilfried Zaha

Perubahan pelatih di klub sering menjadi salah satu hal tersulit yang harus dihadapi pemain, dan memang demikian halnya pada kasus Wilfried Zaha. Pemain sayap yang cepat tampil mengesankan saat berseragam Crystal Palace.

Alex Ferguson juga seorang pengagum Zaha. Dia memutuskan untuk mendatangkan Zaha untuk United pada Januari 2013, dengan gagasan pinjaman sampai akhir musim. Langkah tersebut diyakini memiliki biaya sekitar 10 juts pounds. Zaha terus tampil dengan baik untuk Palace selama sisa 2012/2013.

Sayangnya, saat Zaha tiba di MU, Ferguson telah pergi dan David Moyes jadi suksesor. Saat itu, Zaha justru tidak pernah diberi kesempatan bagus di klub barunya karena bukan tipikal Moyes.

Wilfried Zaha. (AFP/Ben Stansall)

Zaha kemudian cuma bermain dua kali sebelum dikirim ke Cardiff City dengan status pinjaman pada Januari 2014. Usai musim berakhir, Zaha dikirim kembali ke Selhurst Park dengan status pinjaman untuk musim 2014/2015 dan kemudian pindah secara permanen pada bulan Februari 2015.

Sejak saat itu dia kembali ke peran lamanya sebagai salah satu pemain utama Palace. Dia juga memenangkan pemain terbaik klub dalam dua musim terakhir.


Angel Di Maria

Harga yang besar seringkali bisa seperti bumerang tersendiri. Pemain akan terbebani dan malah tampil mengecewakan. Itulah yang terjadi saat MU menandatangani pemain sayap Argentina, Angel di Maria pada musim panas 2014 dari Real Madrid dengan nilai fantastis 59 juta pounds, sebuah rekor transfer Inggris.

Angel Di Maria. (AFP/Lionel Bonaventure)

Di Maria adalah salah satu pemain hebat Los Blancos pada 2013/2014. Mantan pemain Benfica ini memulai dengan baik kiprahnya di MU, dengan mencetak gol pertamanya dan mendapatkan gelar Man of the Match dalam pertandingan melawan QPR, September. Pada Oktober dia jua terpilih jadi pemain terbaik bulanan Liga Inggris.

Akan tetapi, permainannya perlahan malah menurun. Louis van Gaal tampaknya tidak dapat memutuskan posisi yang tepat bagi Di Maria. Apakah dia pemain sayap atau pemain depan.

Di Maria mengakhiri musim tersebut dengan hanya empat gol dalam 32 penampilan dan kemudian dijual ke Paris Saint-Germain pada musim panas 2015. Pergerakan ke Paris tampaknya telah membangkitkan karier Di Maria. Dia menonjol sepanjang tahun 2015/2016, menetapkan rekor assist baru untuk Ligue 1 dengan 18 kali dan aksi impresifnya berlanjut ke 2016/17, dengan 14 gol dan 8 assist di semua kompetisi.


Danny Drinkwater

Danny Drinkwater bergabung dengan MU pada usia sembilan tahun dan berkembang sampai ke tim cadangan pada akhir tahun 2000-an. Pada 2008/2009, gelandang bertahan itu berhasil masuk ke tim senior dan terpilih duduk di bangku cadangan untuk pertandingan terakhir MU di musim tersebut melawan Hull City.

Masa depan Drinkwater di MU tampak cerah, tapi tidak begitu kenyataannya. MU kemudian meminjamkannya ke Huddersfield Town pada 2009/2010 untuk memberinya lebih banyak pengalaman. Namun meski bermain bagus dalam 33 penampilan Drinkwater kembali dipinjamkan ke Cardiff City.

Pemain asli Inggris itu hanya tinggal di Cardiff sampai Januari 2011 sebelum MU memanggilnya kembali. Tapi sayangnya, pemanggilan itu bukan untuk memberinya kesempatan, malah dia kembali dipinjamkan dan kali ini ke Watford.

Danny Drinkwater. (Reuters/Carl Recine)

Drinkwater kemudian kembali dipinjamkan ke Barnsley, sebelum MU menjualnya ke Leicester City pada Januari 2012. Langkah tersebut segera terbayar lantaran Drinkwater menjadi sosok kunci bagi The Foxes selama musim promosi mereka pada 2013/2014.

Dia terpilih sebagai pemain terbaik Divisi Championship. Tak sampai di situ, Drinkwater juga menjadi bintang keberhasilan Leicester juara Liga Inggris 2015/2016,.


Dion Dublin

Dion Dublin sekarang lebih dikenal sebagai presenter TV siang hari. Namun saat berkarier, dia adalah salah satu pemain yang benar-benar gagal di Old Trafford sebelum pergi ke tempat lain. Dublin adalah seorang striker produktif di Cambridge United pada awal 1990-an.

Setelah United gagal mendatangkan Alan Shearer pada musim panas 1992, manajer Alex Ferguson malah beralih ke Dublin, yang dia tandatangani seharga satu juta pounds, biaya yang cukup besar saat itu. Dublin diharapkan mampu berbuat banyak untuk United.

Sayangnya, nasib tak memihak kepadanya. Dublin mengalami patah kakihanya dalam pertandingan keduanya untuk United. Saat ia kembali dari cedera, Ferguson telah mendatangkan Eric Cantona.

Penampilan Cantona dan Mark Hughes membuat Dublin keluar dari tim utama. Dia hanya berhasil membuat beberapa penampilan untuk United dan kemudian pindah ke Coventry City seharga £ 2 juta pada bulan September 1994.

Langkah tersebut membuat Dublin bangkit. Momentum yang sangat dibutuhkan datang saat ia menjadi salah satu pencetak gol terbanyak Liga Inggris. Dianakhirnya sukses memenangkan Golden Boot pada 1997/1998 dengan 18 gol.

Penampilannya di Coventry membuat dia masuk ke timnas Inggris, dan juga mendapat banyak uang untuk pindah ke Aston Villa. Bersama The Villans dia terus mencetak gol dengan bebas di Liga Inggris sampai kariernya mulai turun pada pertengahan tahun 2000-an. (I. Eka Setiawan)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya