Liputan6.com, Singapura - Terminal 4 Bandara Changi di Singapura tidak hanya menghadirkan teknologi terkini. Namun, kesan klasik dan natural juga tidak ditinggalkan. Bahkan, beberapa sudut terminal menghadirkan perpaduan apik antara teknologi dengan nuansa klasik.
Sebuah patung yang terbuat dari perunggu yang nama Hey Ah Chek! menyambut penumpang di antara area keberangkatan menuju ke pemeriksaan imigrasi.
Patung ini berbentuk sebuah becak sepeda yang dikendarai seorang bapak. Dia berhenti karena dipanggil oleh seorang ibu dan anak lelaki muda yang membawa keranjang dengan barang-barang segar.
Baca Juga
Advertisement
Sang seniman, Ching Fah Cheong asal Singapura membawa suasana negeri Singa pada 1950-an. Saat itu berbelanja ke Pasar merupakan kegiatan yang menarik. Di sisi lain, Becak menjadi kendaraan favorit saat itu dan menjadi banyak rebutan.
"Anda bisa naik becak itu dan mengambil gambar di sana," kata General Manager T4 Programme Management Office Noe Su Yin di T4 Bandara Changi, Singapura, seperti ditulis Rabu (26/7/2017).
Menunggu pemeriksaan berkas imigrasi biasanya menjadi momen yang sangat membosankan. Akan tetapi tidak di T4 Bandara Changi. Dinding bagian atas yang berada tepat di depan gate imigrasi diubah menjadi LED besar berukuran 70 x 5 meter.
Ketika tidak bergerak, dinding tampak seperti ukuran semen bermotif binatang di hutan belantara. Penumpang akan terkejut ketika binatang itu tiba-tiba saja bergerak. Konten high definition yang muncul pada LED membuat gambar yang dihasilkan sangat tajam dan nyata.
Gambar yang ditayangkan pun tidak hanya binatang. Layar itu menampilkan animasi unik bagaimana barang-barang penumpang diperlakukan begitu baik sampai tiba di pesawat dan kembali ke tangan penumpang. Kemudian, penumpang juga disuguhkan dengan berbagai destinasi wisata yang ada di Singapura dan beberapa negara tetangga, yakni Indonesia dan Malaysia.
Seluruh tayangan ini tersaji selama 50 menit. Penumpang bisa menikmati tayangan ini setiap 10 menit sekali.
Namun sajian sesungguhnya berada di sisi lain ruang transit. Sebuah dinding menampilkan perubahan model tiang atau fasad rumah di Singapura medio 1840-1940. Mulai Baroque Design, Rococo Style, Peranakan Style, dan Modern Decor. "Silakan duduk, kami akan meunjukkan Wow berikutnya," ucap Yin.
Tak lama kemudian, dua fasad bergerak. Rupanya, di antara fasad itu ada dua LED besar yang menyerupai fasad dan menampilkan teater tentang kisah kehidupan Peranakan Singapura hingga bisa hidup rukun sampai saat ini.
Dalam video, terlihat dua keluarga berbeda budaya Eropa dan Asia yang hidup bertetangga. Semula mereka selalu bertengkar dan berkeras dengan cara hidup mereka masing-masing.
Sampai akhirnya, kedua anak mereka memainkan musik piano dan biola secara bersamaan. Dari situlah mereka menemukan keharmonisan dan akhirnya memutuskan menikah dan menjalani hidup bersama.
"Melalui video ini, kami menunjukkan bagaimana sejarah kehidupan Peranakan di Singapura," tutur Yin.
Tayangan bertajuk Peranakan Love Story ini bisa dinikmati Heritage Zone Terminal 4 Changi. Melui pertunjukkkan teater ini, penumpang akan dibawa sejenak ke kehidupan Singapura tempo dulu.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: