Titik-Titik Panas Mulai Bermunculan di Nusantara

Sebagian titik panas bahkan menyebabkan asap pekat yang menghiasi langit Meulaboh dan menyebabkan penyakit ISPA.

oleh M SyukurRajana K diperbarui 26 Jul 2017, 15:00 WIB
Sebagian titik panas bahkan menyebabkan asap pekat menghiasi langit Meulaboh dan menyebabkan penyakit ISPA. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Palangka Raya - Memasuki musim kemarau, tiga titik panas di dua kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah ditemukan pada Selasa, 25 Juli 2017. Dua titik panas berada di Kabupaten Seruyan, sementara satu titik lainnya berada di Lamandau.

Berdasarkan pantauan satelit Terra yang dimonitor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sampit sekitar pukul 10.35 WIB, terdapat tiga titik panas dengan persentase berbeda. Prakirawan BMKG Sampit, Abdi Rahmad, menerangkan, dari data yang ada, titik panas di daerah Kabupaten Seruyan persentasenya 71-80 persen. Sementara itu, titik panas di Lamandau antara 51-60 persen.

"Belum diketahui apakah itu merupakan kebakaran lahan atau bukan," kata Abdi.

Di tempat berbeda, Prakirawan BMKG Palangka Raya, Roland, mengatakan saat ini Kalteng memasuki musim kemarau karena curah hujan mulai berkurang. "Terutama di bagian selatan, seperti di Kabupaten Lamandau, Sukamara dan Kapuas bagian selatan," ujar dia.

Namun, pihaknya tidak bisa mengatakan saat ini kondisi lahan sudah kering dan mudah terbakar. "Itu bukan kewenangan kami jadi kami tidak mengerti dan kami hanya memberikan data cuaca," katanya.

Titik Panas di Riau

Titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan di Riau kembali terdeteksi satelit milik BMKG. Langkah pencegahan terus dilakukan supaya masyarakat tidak memanfaatkan keringnya lahan akibat musim panas dengan membakar lahan.

Sebelumnya, Kepala BMKG Pekanbaru Sukisno menyebut Pulau Sumatera pada Selasa terdeteksi 34 titik panas. Paling banyak terdapat di Provinsi Aceh sebanyak 27 titik, Bengkulu 2, Jambi 1 dan Sumatera Barat 2‎.

"Sementara di Riau, terdeteksi dua titik panas, yaitu di Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hulu," kata Sukisno.

Sukisno menyebut curah hujan di Provinsi Riau sangat kecil. Berdasarkan analisis cuaca dan pergerakan angin, Riau pada pagi hari berawan, siang hari cerah berawan, malam hari cerah berawan dan dini hari cerah berawan.

Sejauh ini, Kepolisian Daerah Riau sebagai institusi penegak hukum dalam Satgas Karhutla sudah menyebar 54 ribu lembar maklumat. Maklumat disebar ke 12 kabupaten/kota yang ada, khususnya daerah rawan muncul titik api.

"Sebanyak 54 ribu lembar disebar maklumat," kata Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain Adinegara di Pekanbaru.

Maklumat itu berisi peringatan Kapolda tentang larangan membuka lahan dengan cara membakar. Juga dicantumkan jeratan pasal, mulai dari Undang-Undang Kehutanan sampai Lingkungan Hidup bagi pelaku pembakar lahan.

Saksikan video menarik di bawah ini:

 


Tangkap Petani

Sudah lebih dari sepekan kebakaran lahan gambut yang terjadi di Kabupaten Aceh Barat belum juga teratasi.

Zulkarnain menerangkan pada 2017 ini, sudah ada delapan tersangka yang diproses dalam kasus Karhutla. Semuanya masih perorangan dan belum ada perusahaan yang diselidiki.

"Perorangan semua, terakhir ‎di Pelalawan ada satu tersangka," ‎kata Zulkarnain.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tejo menyebut Polres Rokan Hilir baru saja menangkap seorang petani berinisial Sg. Petani ini diduga membakar lahan untuk membuka kebun labu.

"Pelaku tertangkap di lahan miliknya yang sedang terbakar. Pengakuannya sengaja membakar dengan mancis untuk menanam bibit Labu. Kebakaran lebih kurang 1 hektar," kata mantan Kapolres Pelalawan ini.

Meski sudah menangkap pelaku, kepolisian bersama perangkat desa dan masyarakat setempat masih berada di lokasi untuk memadamkan sisa kebakaran.‎

Asap Pekat di Meulaboh

Di daerah lain, gangguan asap kebakaran lahan dan hutan di area lahan gambut wilayah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, sudah di atas normal. Akibatnya, warga banyak menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Aceh Barat, Adi Yunanda, mengatakan, yang semakin dikhawatirkan adalah asap yang menyelimuti wilayah Aceh Barat juga berasal dari daerah-daerah tetangga.

"Apalagi sejak tiga hari lalu, sudah sangat tebal asapnya. Jangankan anak-anak sekolah, kita dewasa pun saja sangat terasa. Kita berharap upaya pemadaman dengan Helikopter Bom Air BNPB dapat segera mengatasi bencana daerah kita," katanya, di Meulaboh, Rabu (26/7/2017), dilansir Antara.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) mengerahkan dua pesawat udara water bombing untuk menanggulangi kebakaran lahan gambut di Aceh Barat. Satu pesawat tiba pada Selasa petang, 25 Juli 2017, dan satu lainnya masih dalam perjalanan.

Pagi ini, satu unit Helikopter jenis MI -17 VN sudah disiapkan untuk mengebom air pada Rabu siang. Helikopter itu terbang dari Bandara Cut Nyak Dhien, Nagan Raya, Aceh. Daerah pertama sasaran pengeboman air di Kabupaten Aceh Barat.

Adi menuturkan, meskipun pengeboman air dari udara dilakukan, hal itu belum dapat memastikan asap akan segera hilang. Ia memperkirakan hanya kadar ketebalan asap yang bisa berkurang dalam kurun waktu tertentu. Itu pun bila tidak bertambah titik api.

Adi menyarankan masyarakat juga melaksanakan ritual umat Islam seperti salat mohon hujan (istisqo). Kondisi saat ini, kata dia, bukan hanya kebakaran lahan dan hutan, tapi juga terjadi kekeringan akibat tidak ada sumber air.

Sementara itu, BMKG Stasiun Meteorologi Meulaboh, di Kabupaten Nagan Raya mendeteksi titik panas di wilayah Aceh Barat dan Nagan Raya, hilang timbul. Pada Rabu pukul 02.00 WIB, ditemukan tujuh titik api.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya