Jelang Rilis Keputusan The Fed, Rupiah Kembali Tertekan

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.325 per dolar AS hingga 13.340 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Jul 2017, 13:20 WIB
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.325 per dolar AS hingga 13.340 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Prelaku pasar menunggu hasil rapat dari Bank Sentral AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (26/7/2017), rupiah dibuka di angka 13.335 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.327 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.325 per dolar AS hingga 13.340 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,03 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.334 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.320 per dolar AS.

Dolar AS mulai terangkat dari level terendah dalam 13 bulan terakhir terhadap beberapa mata uang utama dunia para perdagangan hari ini. Investor menunggu pernyataan dari Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

"Dolar AS telah tertekan cukup dalam karena ketidakpastian di AS terutama yang disebabkan leh Trump," jelas analis United Overseas Bank, Singapura, Heng Koon How dikutip dari Reuters.

Memang, dalam beberapa hari terakhir dolar AS terus tertekan karena masalah politik. Kepercayaan masyarakat dan pelaku pasar terhadap terhadap pemerintahan Presiden DOnald Trump turun akibat belum adanya perkembangan yang baik mengenai reformasi kebijakan ekonomi.

Pelemahan tersebut mulai mereda karena pelaku pasar mengalihkan perhatian ke soal lain yaitu rencana pengetatan kebijakan moneter the Fed.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah melemah di perdagangan Selasa kemarin bersama dengan kurs lain di Asia jelang rilis hasil rapat dewan gubernur Bank Sentral AS.

"Pelemahan rupiah bisa bertahan dalam jangka pendek apalagi melihat efek kenaikan harga minyak mentah yang bisa mengangkat yield Surat Utang Negara (SUN)," jelas dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya