Tradisi Juara MU dan Siklus Jose Mourinho

Tradisi juara yang biasanya diraih MU gagal diteruskan pengganti Sir Alex Ferguson.

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 26 Jul 2017, 17:15 WIB
Skuad Manchester United berpose bersama usai menjuarai Liga Europa, Swedia, Kamis (25/5). MU keluar sebagai juara Liga Europa setelah mengalahkan Ajax Amsterdam 2-0 di Friends Arena, Stockholm. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Manchester United (MU) memang masih layak menyandang tim elite Eropa. Nama besar tim Setan Merah - julukan MU - tak pernah pudar meski diterpa berbagai persoalan.

Soal prestasi, misalnya. Setelah Sir Alex Ferguson pensiun, MU seperti kehilangan "taring". Tradisi juara yang biasanya diraih MU gagal diteruskan penggantinya David Moyes maupun Louis Van Gaal.

Agar krisis tak berlarut-larut, manajemen tim segera mencari sosok pelatih lain. Kini pilihan dijatuhkan kepada pelatih yang prestasinya sangat mentereng, Jose Mourinho.

Pria asal Portugal ini selalu sukses meraih trofi bersama klub asuhannya. Ketika mulai menangani Porto, Mourinho berhasil menjuarai Primeira Liga musim 2002–2003 dan 2003–2004.

Setelah itu, Mourinho menukangi Chelsea pada Juni 2004. Dia berhasil mempersembahkan trofi Liga Inggris pada musim pertama dan keduanya menangani The Blues.



Di Inter Milan, Mourinho sukses mengantar Nerazzurri untuk menyabet dua Scudetto beruntun pada musim 2008–2009 dan 2009–2010.

Kemudian, Mourinho meraih titel Copa del Rey dan menjuarai liga pada musim kedua di Real Madrid.

Menariknya lagi, saat dia kembali ke Chelsea. Gagal di musim pertama, Mourinho pada musim berikutnya mampu membawa The Blues menjuarai Liga Inggris dan Piala Liga Inggris.

Dari rentetan keberhasilannya itu, Mourinho seperti memiliki tradisi selalu menjuarai liga bersama klub yang sedang ditanganinya pada musim kedua. Jadi, akankah siklus ini berlanjut bersama MU?


Kehormatan Spesial

Ekspresi pelatih Jose Mourinho saat mendampingi Manchester United (MU) di kandang Anderlecht. (EMMANUEL DUNAND / AFP)

MU secara resmi mengumumkan nama Mourinho sebagai pelatih baru mereka musim depan pada Mei tahun lalu. Dilansir di situs resmi klub, Mourinho akan mendapatkan kontrak selama tiga musim dan memiliki opsi perpanjangan satu musim hingga 2020.

Mourinho sendiri mengaku terhormat bisa menangani klub besar seperti MU.

"Menjadi pelatih Manchester United merupakan kehormatan spesial. Ini adalah klub yang dikenal dan dikagumi di seluruh dunia. Ada hal mistis dan romantis tentang ini di mana tak ada klub lain bisa menyamainya," ujar Mourinho.

Mourinho melewati musim pertamanya bersama The Red Devils dengan titel Community Shield, Piala Liga Inggris (EFL Cup), dan Liga Europa.

"Saya lebih menyukai musim kedua karena di musim kedua saya tahu tidak melakukan kesalahan," ujar Mourinho seperti dilansir The Sun.

Dan, kini menghadapi musim depan Mourinho tentu sudah melakukan berbagai persiapan, termasuk merombak beberapa pemainnya.

MU sudah merekrut Victor Lindelof dan Romelu Lukaku dari Benfica dan Everton. Namun, kabarnya Mourinho masih mencari pemain tengah dan pemain sayap.


Penampilan Gemilang

Para pemain Manchester United (MU) merayakan kemenangan atas Real Madrid lewat adu penalti pada ajang International Champions Cup 2017 di California, Amerika Serikat, Senin (24/7/2017). (AP Photo/Ben Margot)

Hasilnya, penampilan MU cukup menjanjikan. Mereka mencatat hasil gemilang dalam laga tur pramusim di Amerika Serikat. Setan Merah --julukan MU-- mencatatkan empat kemenangan, satu di antaranya dicatat dalam drama adu penalti.

Pada laga pertama di Negeri Paman Sam, MU menaklukkan Los Angeles (LA) Galaxy dengan skor 5-2. Setelah itu giliran Real Salt Lake dikalahkan dengan skor 2-1.

Pada pertandingan ketiga, MU menekuk Manchester City dengan skor 2-0.  Terakhir, Real Madrid menjadi korban. MU mengungguli Real Madrid melalui adu penalti dengan skor 2-1. Dua tim berbagi skor 1-1 pada waktu normal.

"Sekarang fokus kami adalah menyempurnakan apa yang harus kami bawa ke rumah," kata Mourinho.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya