Liputan6.com, Jakarta - Jay Subiyakto tergabung dalam salah satu dari 13 sineas yang memprakarsai kebangkitan film Indonesia dari mati suri pada 1998. Selang 17 tahun kemudian, untuk pertama kalinya Jay menggarap sebuah film.
Jay Subiyakto baru saja merampungkan tugasnya sebagai sutradara untuk film dokumenter berjudul Banda: The Forgotten Trail yang diproduksi oleh Lifelike Pictures.
Baca Juga
Advertisement
"Kita diwajibkan membuat film untuk menjemput milenium baru yakni tahun 2000. Kalau saya kenapa enggak bikin karena memang enggak laku ya, enggak ada yang nawarin. Mau bikin sendiri juga enggak bisa," kata Jay Subiyato seraya tertawa, saat ditemui di XXI Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2017).
Tiba-tiba pada 2016, pria berusia 56 tahun itu diminta oleh Sheila Thimoty selaku produser, untuk membuat film dokumenter. Meski sempat ragu, akhirnya Jay Subiyakto memberanikan diri.
"Dari situ saya takut. Tapi saya pikir, siapa lagi yang mau nawarin seperti ini? Dan hampir dibilang sangat sedikit film dokumenter bisa tembus bioskop. Mereka mencibir oh film kayak gini enggak perlu ditonton. Itu yang bikin saya semangat dan akhirnya mau melakukannya," ujarnya.
Film Banda: The Forgotten Trail ini berhasil dibuat dengan warna Jay Subiyakto sendiri. "Tapi saya bilang ke Lala jangan lihat referensi film dokumenter yang pernah dibuat. Biarkan saya bikin suatu bentuk baru yang harusnya nanti membuat film dokumenter itu menarik untuk dilihat," imbuh Jay Subiyakto.
Banda: The Dark Forgotten Trail bercerita tentang kepulauan Banda yang kini terlupakan. Padahal, pada masa lalu pulau ini menjadi kawasan paling diburu karena menghasilkan rempah-rempah yang diburu dunia seperti cengkih dan pala.
Sejak diperkenalkan oleh para pedagang Tiongkok, pala menjadi salah satu komoditas rempah yang ditaksir dengan harga yang sangat mahal. Film ini akan tayang di mulai 3 Agustus 2017 di jaringan bioskop nasional. (fei)
Simak Video Menarik di Bawah Ini: