Telinga Manusia pada Tikus dan 5 Eksperimen Nyeleneh dari Hewan

Beberapa temuan ilmiah paling berhasil pun dapat mengundang kontroversi, tapi sejumlah eksperimen nyeleneh juga dilakukan pada hewan-hewan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Jul 2017, 08:24 WIB
Ubur-ubur dapat hidup kembali dan beranak pinak meski tak melewati proses seksual (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Secara alamiah, percobaan-percobaan ilmiah mengharuskan ilmuuan menjajal batas-batas pengetahuan yang sudah ada agar dapat memperbaiki dunia.

Seperti yang telah dipelajari dalam sejarah, orang-orang yang melakukan eksperimen seringkali melangkah ke luar batas yang mampu diterima orang banyak.

Beberapa penelitian ilmiah memang hebat. Misalnya eksperimen oleh Richard Lewisohn yang memperbaiki ilmu di belakang proses transfusi darah sehingga menolong lebih dari 1 miliar manusia.

Tapi beberapa temuan ilmiah paling berhasil pun dapat mengundang kontroversi, misalnya yang dilakukan oleh Edward Jenner, bapak vaksinasi. Ia menularkan seorang anak lelaki yang sehat agar bisa membuktikan teorinya.

Pada 1951, Dr. Albert Kligman melakukan penelitian kondisi kulit pengobatannya dengan memanfaatkan para narapidana Philadelphia selama 20 tahun lamanya. Para napi itu dipaparkan kepada berbagai jenis zat kimia berbahaya.

Dalam Perang Dunia II, Dr. Josef Mengele, ilmuwan Nazi, dikenal sangat gemar melakukan eksperimen pada pasangan kembar di kamp Auschwitz, bahkan dengan membunuh salah satu orang kembar itu untuk melihat dampak pada pasangan si kembar yang tetap hidup.

Selain pada manusia, seperti diringkas dari therichest.com pada Jumat (28/7/2017), sejumlah eksperimen nyeleneh juga dilakukan pada hewan-hewan.


1. Babi-Babi Berpendar

Babi berpendar yang diciptakan dengan injeksi DNA ubur-ubur pada janin babi. (Sumber YouTube/The Blue and Gold)

Pada 2013, sejumlah peneliti dari South China Agricultural University mengumumkan mereka berhasil menciptakan anak-anak babi yang berpendar dalam gelap. Caranya, janin-janin babi disuntik dengan DNA ubur-ubur.

Para peneliti mengaku bahwa hal tersebut tidak mengganggu kesehatan anak-anak bayi dan hewan-hewan itu diduga akan hidup sepanjang usia babi-babi biasa.

Lalu untuk apa menciptakan bab-babi yang berpendar?

Menurut para peneliti, babi-babi yang berpendar dalam gelap akan mempermudah pengujian obat-obatan baru sehingga menurunkan harga obat untuk konsumsi oleh manusia.


2. Pengujian Teori Keterikatan

Eksperimen terkait teori keterikatan dalam psikologi oleh Harry Harlow. (Sumber Alchetron)

Seorang ahli psikologi bernama Harry Harlow dari Amerika Serikat ingin meneliti tentang teori keterikatan (attachment theory), yaitu pemikiran bahwa mamalia muda membentuk ikatan dengan orangtua dan orang dewasa lain ketika masih amat kecil.

Di tahun 1950-an bahkan Harlow mengetahui bahwa eksperimen pada anak-anak merupakan hal yang tidak dapat diterima sehingga ia melakukan eksperimen sulit menggunakan monyet rhesus.

Ia menempatkan sekelompok monyet dengan induk-induk pengasuh yang terbuat dari kain dan mengamati bahwa bayi-bayi monyet seakan membangun sejenis ikatan yang ia duga sebelumnya.

Untuk membuktikan telah terbentuknya ikatan, ia kemudian mengambil induk-induk itu sehingga bayi-bayi monyet tersebut bersedih karena kehilangan orangtua.


3. Telinga Manusia di Punggung Tikus

Eksperimen menumbuhkan telinga manusia pada punggung tikus. (Sumber University of Tokyo and Kyoto University)

Pada 2016, beberapa ilmuwan Jepang bergabung untuk melaksanakan proyek yang nantinya bisa menghasilkan penggantian telinga manusia yang ditumbuhkan dari mentah, bukan dengan rekayasa tulang rawan seperti yang lazim sekarang ini.

Namun demikian, cara yang mereka tempuh memicu kontroversi setelah beredarnya sebuah foto tikus hidup dengan sebuah telinga manusia yang tampak tumbuh di punggungnya.

Jika teknik itu terbukti berhasil, telinga-telinga baru bisa ditumbuhkan pada manusia yang memiliki cacat genetik atau mengalami kecelakaan hanya dalam waktu beberapa bulan.

Namun demikian, bagi beberapa orang, terlihatnya telinga manusia di punggung tikus terasa keterlaluan.


4. Eksperimen Menghidupkan Hewan Punah

Bucardo (Pyrenean ibex), sejenis kambing liar Spanyol yang pernah punah. (Sumber Wikipedia)

Orang mengira para ilmuwan modern menanggapi Jurrasic Park dengan wanti-wanti agar tidak menggunakan praduga ilmiah dasar yang mencoba menghidupkan kembali hewan-hewan yang sudah punah.

Sebenarnya tidak ada salahnya menghidupkan lagi hewan-hewan yang baru saja punah dan pada 2013 para peneliti berhasil melakukannya dengan kelahiran klon suatu bucardo (Pyrenean ibex), sejenis kambing liar di Spanyol.

Tapi orang mengkhawatirkan rencana-rencana penggunaan DNA hewan-hewan pra-sejarah untuk dicoba dihidupkan lagi, seakan seperti melawan kepunahan.

Selain risiko yang ditimbulkan terhadap hewan-hewan lain – dan manusia juga – tidak seorangpun yang benar-benar mengetahui dampak spesies-spesies itu terhadap ekosistem yang sudah rentan.


5. Anjing Berkepala Dua

Vladimir Demikhov dari Uni Soviet menyambung anjing kecil ke anjing lain yang lebih besar dalam eksperimen di Jerman Timur, 1959.(Sumber Twitter/@dogmikhov)

Pada 1959, ilmuwan bernama Vladimir Demikhov dari Uni Soviet berhasil menciptakan sesuatu yang tidak mungkin. Ia menciptakan anjing berkepala dua yang hidup dan bernafas.

Ia mengambil dua anjing dari tempat pengayoman setempat dan menjahitkan anjing yang lebih kecil kepada anjing yang lebih besar, lalu menyambung pembuluh-pembuluh darah mereka agar oksigen dan gizi mengalir ke tubuh anjing yang lebih kecil.

Ajaib, di tengah segala kenekatan yang dilakukannya, hewan berkepala dua itu hidup selama 4 hari sesudah pembedahan.

Tentu saja eksperimen itu kejam dan tidak etis, tapi karya Demikhov membuka jalan bagi transplantasi perdana yang sukses untuk jantung dan paru-paru. Tanpa pengorbanan anjing-anjing malang tersebut, kemajuan kedokteran mungkin tidak akan secepat itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya