Liputan6.com, Jakarta - Twitter tak berhasil menambah jumlah pengguna aktif sepanjang tiga bulan terakhir. Meski begitu, perusahaan mengklaim, terdapat kenaikan 12 persen jumlah pengguna yang mengakses situs Twitter per harinya dibanding kuartal yang sama tahun lalu.
Mengutip laman The Verge, Jumat (28/7/2017), jumlah pengguna aktif Twitter per bulan tetap pada angka 328 juta. Sayangnya, jejaring sosial microblogging itu menolak menyebut jumlah pengguna aktif hariannya.
CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan, perusahaan terus memperkuat eksekusi pekerjaan demi menggapai target pertumbuhan yang diinginkan.
"Hal itu membuat kami lebih percaya diri peningkatan produk kami akan terus berlanjut dan berkontribusi bagi peningkatan jumlah pengguna aktif bulanan," kata Dorsey saat menjelaskan tentang pendapatan Twitter di kuartal dua.
Baca Juga
Advertisement
Tidak hanya itu, Dorsey juga menyebut, Twitter terus mendorong agar prioritas perusahaan bisa tercapai. "Kami fokus menjadikan Twitter jadi tempat terbaik untuk melihat dan berbagi tentang segala hal yang terjadi," katanya.
Masa depan Twitter bergantung pada pertumbuhan pengguna baru guna meningkatkan penjualan dan jangkauan iklan. Namun, citra Twitter justru dilukai oleh budaya bullying dan penyalahgunaan yang sedang berusaha dibasmi oleh perusahaan.
Dalam surat pemegang saham, perusahaan mengklaim telah berhasil mengurangi jumlah laporan kekerasan pada platform-nya hingga 25 persen. Selain itu, perusahaan juga aktif menghapus akun-akun yang bersifat abusive hingga sepuluh kali lipat.
Sekadar informasi, selama tiga bulan, sekitar 2 juta orang Amerika berhenti mengakses Twitter. Namun demikian, jumlah pengguna internasional disebut-sebut mengalami peningkatan.
Tidak hanya unggahan teks, Twitter juga berinvestasi cukup banyak untuk meningkatkan layanan video dan konten siaran live streaming. Tujuannya agar kedua layanan ini diakses oleh lebih banyak kaum milenial dan mendulang keuntungan dari iklan.
Namun, pada kuartal kedua penjualan iklan Twitter turun 5,5 persen hingga US$ 574 juta (Rp 7,6 triliun). Sementara, bisnis data melonjak 26 persen dibandingkan tahun lalu menjadi US$ 85 juta atau sekitar Rp 1,13 triliun. Disebutkan pula, nilai saham Twitter mengalami penurunan hingga 9 persen baru-baru ini.
(Tin/Ysl)
Tonton Video Menarik Berikut Ini: