Saham Unggulan Topang Penguatan IHSG dalam Sepekan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,14 persen ke level 5.831 pada 28 Juli 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jul 2017, 13:48 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,14 persen ke level 5.831 pada 28 Juli 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat selama sepekan. Hal itu didukung dari pergerakan indeks saham LQ45 atau saham terlikuid di pasar saham Indonesia.

Mengutip laman PT Ashmore Assets Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu (29/7/2017), IHSG naik 1,14 persen dari posisi 5.765,42 pada 21 Juli 2017 menjadi 5.831,02 pada 28 Juli 2017.

Penguatan IHSG itu ditopang dari saham-saham unggulan terutama saham masuk indeks LQ45 yang menguat 1,17 persen selama sepekan. Sementara itu, sektor saham seperti pertanian cenderung performanya tidak begitu baik. Investor asing pun masih melanjutkan aksi jual mencapai US$ 192 juta.

Di pasar obligasi atau surat utang, obligasi pemerintah bertenor 10 tahun mendatar di posisi 6,9 persen. Selama sepekan, indeks obligasi turun 0,1 persen. Sedangkan di pasar obligasi, investor asing beli obligasi mencapai US$ 514 juta.

Ada sejumlah sentimen pengaruhi pasar keuangan baik dari internal dan eksternal selama sepekan. Dari AS, Partai Republik menyatakan, pihaknya telah menyerah untuk tarif penyesuaian pajak. Selain itu, The BAT jika lulus akan meningkatkan harga makanan impor ke Amerika Serikat. Pelaku usaha ritel pun menyambut positif sentimen tersebut.

Senat AS pun terus mencoba untuk mencabut perawatan kesehatan di masa pemerintahan presiden AS Barack Obama. Namun upaya tersebut gagal.

Bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve pun telah menggelar pertemuan pada akhir Juli ini. The Federal Reserve bersiap untuk menormalisasikan neraca secepatnya. Ini sebagai antisipasi ekonomi AS yang sudah pulih. Meski inflasi lemah, the Federal Reserve menilai hal itu bukan ancaman untuk menormalisasikan neraca. Kemungkinan the Federal Reserve akan menghapus reinvestasi sekuritisasi yang jatuh tempo.

Dari sentimen internal, realisasi investasi sudah diumumkan. Tercatat realisasi investasi langsung mencapai Rp 170,9 triliun pada kuartal II 2017. Dilihat dari asal negara investasi, China mencatatkan pertumbuhan tertinggi. Ini juga diikuti investasi dari Amerika Serikat dan Inggris.

Lalu apa saja yang perlu dicermati ke depan?

Ashmore melihat, kalau pergerakan laju IHSG dipengaruhi rilis laporan keuangan semester I 2017. Sejumlah emiten telah merilis laporan keuangan yang hasilnya cukup bervariasi. Berdasarkan catatan Ashmore, emiten di sektor keuangan, konstruksi dan komoditas mampu meraih hasil kinerja keuangan baik sepanjang semester I 2017. Sedangkan emiten di sektor barang konsumsi mencatatkan penurunan.

Apakah penurunan di sektor barang konsumsi berlanjut hingga semester II 2017? Ashmore melihat, pertumbuhan semester I 2017 ditopang dari sektor saham barang konsumsi. Hal ini didukung dari makro ekonomi dengan inflasi rendah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terkendali dan surplus perdagangan.

Dengan kondisi makro ekonomi tersebut, ada kemungkinan peningkatan untuk sektor barang konsumsi. Ini akan ditopang dari usaha ritel menunjukkan pertumbuhan positif. Jadi daya beli masyarakat ada kenaikan. Selain itu, ada faktor musiman yaitu pembayaran gaji ke-13 di kalangan pegawai negeri sipil yang dapat mendorong kenaikan penjualan pada Juli-Agustus 2017.

Dengan melihat kondisi tersebut, ada kemungkinan pertumbuhan laba bersih per saham. Ini dapat berdampak positif untuk pergerakan IHSG.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya