Kontroversi Putri Presiden Kyrgyzstan Pamer Foto Tengah Menyusui

Shagieva, putri bungsu presiden Kyrgyzstan menjadi sorotan setelah memposting foto dirinya tengah menyusui sembari mengenakan pakaian dalam.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 31 Jul 2017, 08:42 WIB
Aliya Shagieva merupakan anak bungsu pasangan Presiden Almazbek Atambayev dan Ibu Negara Raisa (Instagram/Aliya Shagieva)

Liputan6.com, Bishkek - Foto anak bungsu Presiden Kyrgyzstan Almazbek Atambayev, Aliya Shagieva, yang tengah mengenakan pakaian dalam dan menyusui bayinya memicu perdebatan.

Shagieva mengunggah foto tersebut di akun media sosialnya pada April lalu dengan menulis, "Saya akan memberi anak saya makan kapan pun dan di mana pun dia membutuhkannya".

Belakangan, dia menghapus foto tersebut setelah disebut memiliki perilaku tidak bermoral. Dalam wawancaranya dengan BBC ia menyebut, perdebatan tersebut merupakan hasil dari sebuah budaya hiperseksual terhadap perempuan.

"Tubuh yang diberikan kepada saya tidak vulgar. Ini fungsional, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bayi saya, bukan untuk seksualitas," demikian disampaikan Shagieva kepada BBC Kyrgyzstan seperti Liputan6.com kutip pada Senin (31/7/2017).

Ternyata, bukan hanya sejumlah pengguna media sosial yang tidak setuju dengan foto yang di-posting Shagieva. Orangtuanya, Presiden Atambayev dan Ibu Negara Raisa, juga tidak senang.

"Mereka benar-benar tidak menyukainya. Dan dapat dimengerti karena generasi muda tidak konservatif dibanding orangtua mereka," ujar perempuan saat berbicara di rumahnya di Bishkek.

Shagieva sendiri termasuk yang aktif menggunakan sosial media. Ia kerap mem-posting karya seninya, suaminya, juga anaknya.

"Ketika saya menyusui anak saya, saya merasa memberikan dia hal terbaik yang bisa saya berikan. Merawat bayi saya dan memenuhi kebutuhannya lebih penting bagi saya ketimbang mendengar apa yang orang katakan tentang saya," ujarnya.

Shagieva tinggal di sebuah flat di kawasan bergengsi di Bishkek. Ia hidup bersama suami dan anaknya.

Di kediamannya, sejumlah lukisan hasil karyanya dan foto-fotonya menghiasi dinding. Pasangan itu merupakan vegetarian, sebuah fakta yang jarang ditemukan di negara yang mayoritas masyarakatnya pemakan daging.

Dalam konteks masyarakat tradisional muslim pasca-Uni Soviet, Shagieva dikenal berani dan sangat berbeda. Dia cukup terbuka, berbagi pengalamannya saat merasa kesepian mengingat orangtuanya sangat sibuk.

Foto Aliya Shagieva tengah menyusui buah hatinya menuai kontroversi (Instagram/Aliya Shagieva)

Shagieva bicara tentang kesenjangan generasi dan upayanya untuk mengerti serta berkompromi dengan orang tuanya, setidaknya tentang aktivitasnya di media sosial.

"Ibu saya mendapat pesan dari 'teman-temannya' tentang saya. Sekarang saya adalah seorang ibu. Saya tahu apa yang dialami oleh ibu ketika membesarkan saya," tutur Shagieva.

Selama ini, Shagieva aktif mendukung kepedulian anak-anak berkebutuhan khusus dan hak-hak binatang. Namun, perempuan ini dinilai tidak memiliki ambisi politik yang jelas.

Rakyat Kyrgyzstan memiliki kenangan buruk dengan dua anak presiden sebelumnya di mana mereka terlibat dalam urusan politik dan bisnis. Kedua orangtua mereka pada akhirnya digulingkan.

Presiden Atambayev sendiri telah berjanji bahwa anak-anaknya tidak akan ikut campur dalam urusan politik.

Kyrgyzstan merupakan bekas wilayah Soviet. Secara sosial, negara ini konservatif, tapi menyusui di ruang-ruang publik masih dapat diterima.

Ketika Shagieva mem-posting fotonya di media sosial, sejumlah orang menilai ia tidak perlu mengunggah foto yang begitu intim. Sebagian menyebutnya tidak sopan.

Foto Shagieva tengah menyusui dengan cepat menarik perhatian hingga ke luar negaranya. Sejumlah surat kabar dan situs pemberitaan online di Eropa berulang kali mempublikasikan foto tersebut.

Meski ada yang mencibir, tidak sedikit pula yang memujinya. Ia dianggap berani melanggar hal tabu seputar tubuh wanita.


Perdebatan soal Menyusui

Isu tentang menyusui di muka umum telah menjadi perdebatan di banyak negara, termasuk Inggris. Setidaknya, tiga tahun lalu di Negeri Ratu Elizabeth itu seorang perempuan pernah dipersoalkan karena menyusui di restoran Claridges Hotel yang terkenal. Hal tersebut lantas memicu protes.

Kasus Shagieva melahirkan pengakuan sejumlah wanita tentang praktik menyusui di berbagai negara muslim.

Para perempuan dari Iran, misalnya. Mereka berbagi pengalaman tentang stres yang dialami saat harus menyusui di ruang publik.

"Orang-orang memelototi saya. Saya harus menutup diri dan bayi saya atau membiarkannya lapar," tulis seorang ibu di Teheran.

Seorang lainnya memuji ruang ibu dan bayi yang baru difungsikan di Metro Teheran.

Adapun seorang perempuan di Kabul, Afghanistan, Zarifa Ghafari turut berbagi pengalamannya. Menurut dia, para ibu harus pergi ke ruang terpisah untuk menyusui.

"Ibu tidak dapat melakukannya di depan orang lain. Jika nekat dia akan menghadapi reaksi keras dari orang yang dituakan di keluarga. Ini isu besar, tapi perlahan budaya berubah," ungkap perempuan itu.

Perempuan asal Afghanistan lainnya, Nageen, menceritakan pengalamannya saat berbelanja dengan saudara iparnya.

"Kami harus membeli beberapa barang, sehingga ia bisa menyusui bayinya di sebuah toko. Di sana ia duduk dan menutup dirinya dengan jilbabnya yang besar," jelas Nageen.

Seorang pengguna Facebook di Turki mengatakan, ia lebih suka menutupi payudaranya saat menyusui bayinya. "Saya tidak melakukannya di depan orang. Saya menggunakan penutup. Masih ada yang terangsang melihat payudara".

Victoria Tahmasebi, seorang ahli studi wanita dan gender di Toronto University berkicau, "Dari sudut pandang kapitalis, payudara wanita dapat menciptakan keuntungan selama mereka diseksualisasi. Menyusui di ruang publik membuat payudara perempuan tidak seksi, karena itu tidak dapat diterima".

Kendati Shagieva sudah menghapus fotonya, perdebatan terkait menyusui dan seksualitas masih terus berlanjut.

 

Simak video menarik berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya