Liputan6.com, Jakarta Perdebatan soal kedatangan girlband asal Korea Selatan, Girls' Generation atau yang lebih dikenal dengan SNSD, yang muncul setelah akun twitter bernama @EllyRisman menulis, SNSD adalah Simbol Seks & Pelacuran, menggemparkan warganet. Para fans di Tanah Air balik menyerang akun Twitter dari psikolog anak ternama itu.
Mengingat penggemar SNSD tak hanya usia dewasa, melainkan usia anak juga, orangtua harus mendampingi dan mengarahkan anak dengan cara yang tepat. Menurut psikolog anak dan praktisi Theraplay PION Clinican, Astrid Wen, hal lumrah jika anak memiliki role model (panutan). Tak jarang juga anak memilih panutan seiring dengan tren agar diterima di lingkungan sosial.
Advertisement
"Biasanya ya, anak memilih role model untuk tetap eksis dan yang mereka pilih yang follower-nya banyak dan influence-nya tinggi," kata Astrid kepada Health-Liputan6.com, melalui sambungan telepon, Senin (31/7/2017).
Untuk SNSD sendiri, Astrid melanjutkan, semua anak sah-sah saja dan tak ada larangan untuk memilih grup wanita-wanita berkulit putih ini sebagai panutan mereka. Kendati demikian, orangtua tetap harus mengawasi anak dengan cara mengetahui seluk-beluk SNSD atau panutan lainnya.
"Pertama, kita cari tahu dulu role model remaja kita ini siapa. Kedua, apa sih yang mereka suka dengan role model itu, jadi cari tahu alasannya dulu. Kan ada yang alasannya cantik atau lagunya enak. Nah kalau alasannya ketahuan, jadi kita tahu kebutuhan si anak ini apa," kata Astrid.
Langkah terakhir yang harus dilakukan orangtua adalah dengan mengetahui seberapa jauh dan besar peran panutan tadi pada anak.
"Kita sebagai orang dewasa harus tahu sampai seberapa jauh pengaruh (panutan) terhadap anak. Sebisa mungkin kita berikan role model itu sebanyak mungkin. Enggak cuma SNSD aja. Misal ada Beyonce, ada tokoh artis lain, atau kita kasih lihat boyband juga, nah itu bisa jadi bahan diskusi dan bisa mengedukasi anak," jelasnya.