Leony Harimau Sumatera Betina, Selamat Kembali ke Hutan

Harimau Sumatera betina berusia tujuh tahun dilepas Menteri LHK Siti Nurbaya di Pusat Rehabilitasi Harimau, Dharmasraya, Sumbar.

oleh Erinaldi diperbarui 31 Jul 2017, 19:30 WIB
Leony, seekor harimau Sumatera betina dilepas di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD). (Liputan6.com/Eri Naldi)

Liputan6.com, Padang - Leony, seekor harimau Sumatera betina berusia tujuh tahun, dilepas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD), Sumatera Barat (Sumbar), akhir pekan lalu.

Direktur PT Tidar Kerinci Agung (TKA) Hashim Djojohadikusumo mengatakan, sejak perusahaan berdiri tahun 1984, banyak satwa liar yang hidup di hutan Sumatera tersebut. Namun, pelan-pelan banyak satwa liar yang kian punah akibat ulah manusia.

"Melihat kondisi ini, saya jadi tergugah untuk membentuk pusat rehabilitasi sebagai upaya melestarikan kembali ekosistem di daerah ini," ucap Hashim, dalam keterangan tertulis, Senin (31/7/2017).

Dulu, imbuh Hashim, saat pertama kali dia bertugas di perkebunan sawit tersebut, mandi bisa dilakukan di sungai dengan air yang jernih. "Padahal saya paling tidak suka mandi dengan air dingin, tapi karena kondisinya saya nikmati hutan dan keindahan alam Sumatera yang sejuk menyegarkan," ujarnya.

Hashim mengatakan pula, ada banyak satwa liar yang bisa ditemukan, seperti tapir, harimau, gajah, monyet, burung-burung, dan kijang. "Semua itu bagaikan sesuatu yang menyatakan hutan memiliki kehidupan tersendiri yang perlu kita jaga dan lestarikan bersama-sama," kata dia.

Dia mengungkapkan, pembangunan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera sudah mulai direncanakan sejak 2011. "Baru kemudian 2012, semua bahan dokumen yang dibutuhkan berhasil dipenuhi," sebut Hashim.

Selanjutnya pada 20 Desember 2012, Direktur PT TKA menandatangani kerja sama dengan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar untuk pembuatan lembaga konservasi khusus.

Selanjutnya pada awal 2013, imbuh dia, proses perencanaan bangunan fisik dimulai sekaligus menyosialisasi kepada masyarakat dan pekerja di sekitar PRHSD, hingga kegiatan pematangan lahan.

Sempat vakum karena persoalan finansial perusahaan, sebagai dampak pelemahan ekonomi global, baru di awal 2017 pembangunan Pusat Rehabilitasi Harimau itu diaktifkan kembali.

Sementara itu, Gubernur Sumbar Prayitno di sela-sela kegiatan tersebut menyambut baik program rehabilitasi hewan terancam punah melalui PRHSD. "Programnya adalah bagian kegiatan PRHSD sebagai upaya nyata dalam menjaga kelestarian alam dan satwa di dalam," ujarnya.

Irwan mengingatkan agar melihat harimau Sumatera jangan dari sisi buasnya saja. Tapi, melihat pula sisi-sisi lainnya. Yang erat kaitannya dengan Yang Maha Esa. Menurut dia, jika ada hewan bernama Latin, Panthera tigris sumatrae, yang mendekati perkampungan masyarakat, hal itu menandakan habitatnya yang terganggu. Sebab, dengan terbatasnya makanan, harimau mencari makanan di permukiman warga.

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya