Liputan6.com, California - Ngebut mungkin adalah hal 'wajar' dan bisa dimaklumi ketimbang berkendara dalam pengaruh minuman keras. Tapi faktanya, angka kematian karena ngebut sama besarnya dengan kematian karena pengendara mabuk.
Dalam periode 10 tahun terakhir, di Amerika Serikat (AS), korban jiwa karena pengendara ngebut dan mabuk sama-sama mencapai 113 ribuan orang. Anehnya, mereka menganggap ngebut adalah hal yang wajar terjadi di AS.
Baca Juga
Advertisement
Hal tersebut adalah temuan utama dari studi baru berjudul Reducing Speeding-Related Crashes Involving Passenger Vehicle yang dikeluarkan oleh National Transportation Safety Board (NTSB), pekan lalu.
Riset ini menemukan bahwa ada korelasi positif antara kecepatan dan kecelakaan. Meningkatkan kecepatan artinya juga meningkatkan potensi kecelakaan, bukan hanya untuk pengendara itu sendiri, tapi juga orang lain.
Robert L. Sumwalt, Chairman NTSB, mengatakan bahwa dari riset ini, disimpulkan bahwa untuk mengurangi jumlah kematian di jalan raya juga harus dilakukan dengan cara mengatasi pengemudi ngebut.
"Anda tidak dapat mengatasi meningkatnya epidemi kematian di jalan raya tanpa mengatasi ngebut," terang Sumwalt, dikutip dari Forbes, Senin (31/7/2017).
Selain menunjukkan korelasi, riset juga mengetengahkan tindakan apa saja yang dapat diambil untuk menyelamatkan nyawa lebih banyak. Salah satunya adalah agar penggunaan alat deteksi kecepatan tidak lagi dihambat penggunaannya.
Hasil riset ini disambut luas oleh komunitas keselamatan jalan. Mereka berharap otoritas terkait memperhatikan rekomendasi riset ini.
Simak Video Menarik Berikut Ini: