Liputan6.com, Washington DC - Militer Amerika Serikat mendeteksi tingginya aktivitas kapal selam Korea Utara. Menurut seorang pejabat pertahanan AS, hal tersebut terjadi dua hari setelah Korut meluncurkan misil pada 28 Juli 2017.
Uji coba sistem misil di kapal selam pada 30 Juli 2017 itu, merupakan upaya untuk memeriksa sistem peluncuran misil dingin (cold launch). Cara tersebut menggunakan uap bertekanan tinggi untuk mendorong rudal keluar dari tabung peluncuran sebelum mesin kapal selam menyala.
Advertisement
Dikutip dari CNN, Selasa (1/8/2017), hal tersebut membantu agar api dan panas dari mesin agar tak merusak kapal selam atau peralatan terdekat yang digunakan untuk meluncurkan rudal.
Dilakukan di Sinpo Naval Shipyard, uji coba peluncuran dari kapal selam itu merupakan yang keempat kalinya pada tahun ini. Menurut pejabat pertahanan AS, hal tersebut memperlihatkan bahwa Korea Utara telah melakukan uji coba komponen rudal yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan peluncuran kapal selam.
Armada kapal selam Korea Utara diyakini mencakup sekitar 70 kapal selam. Meski demikian, mayoritas kapal tersebut cukup tua dan kemungkinan tak dapat menembakkan rudal.
Ketika disatukan, perkembangan uji coba rudal dan sistem peluncuran kapal selam menjadi sebuah hal yang dikhawatirkan.
Korea Utara beberapa kali mengatakan bahwa negaranya mencoba mengembangkan rudal yang mampu mengantarkan hulu ledak nuklir ke Amerika Serikat.
Pyongyang telah lama mengancam Amerika Serikat dengan kemampuan nuklirnya . Mereka menganggap hal tersebut adalah satu-satunya cara untuk melindungi diri.
Rudal berbasis darat dan kapal selam merupakan dua dari tiga dari apa yang dikenal dengan 'Triad Strategis', yakni bahwa sebuah negara harus memiliki kemampuan serangan darat, udara, dan laut untuk menghalangi musuh.
Menurut penilaian intelijen AS, program rudal kapal selam Korea Utara masih berada dalam tahap awal.
Simak video berikut ini: