Liputan6.com, Jakarta - Bencana tanah longsor terjadi di wilayah Mocoa, Kolombia, pada 31 Maret 2017. Akibatnya, lebih dari 200 jiwa meninggal dunia, dan banyak korban lainnya terkubur puing-puing. Giovanny Munoz, salah satu warga setempat, rela menggali puing-puing reruntuhan demi menemukan orang-orang terkasih.
Peristiwa bermula ketika hujan deras melanda Mocoa. Banjir serta longsor tiba-tiba menerjang wilayah tersebut. Para korban yang kebanyakan anak-anak dan perempuan menjerit serta meminta pertolongan dari bawah puing-puing bangunan. Mereka berusaha agar ada seseorang yang bisa mendengar suara mereka.
Saat kejadian, para korban dilaporkan tengah berada di dalam sekolah dan kampus mereka. Tak heran jika korban tenggelam bersama tumpukan buku pelajaran.
Baca Juga
Advertisement
Suara gemuruh terdengar dan kilat yang menyambar pun dapat terlihat. Warga setempat dapat menyaksikan kerusakan di daerahnya. Mengetahui kondisi mengerikan tersebut, Giovanny mulai mencoba memberi kabar kepada orang-orang tercinta, tapi tak ada jawaban.
Kejadian longsor tersebut ternyata membuat Giovanny harus kehilangan sembilan anggota keluarganya. Namun ia masih berharap bahwa sang istri masih hidup, agar dapat berbagi kesedihan bersama. Harapan dia pun pupus karena dia harus rela merasakan kehilangan seorang diri.
Rasa kehilangan yang amat dalam membuatnya bertekad untuk bisa menemukan orang-orang tersayangnya agar dia bisa memakamkannya dengan layak. Dengan bantuan warga lainnya, ia berusaha untuk terus memperbarui data orang-orang yang telah meninggal dunia dan data orang hilang pada tanah longsor akhir Maret 2017.
Ia dan warga lainnya bahkan memutuskan membuat sebuah organisasi bernama Accionautas untuk bisa mengenang anak-anak korban tanah longsor. Kejadian tersebut telah mengambil segalanya, rumah, lingkungan dan tetangga.
(ul)
Penulis:
Novita Ayuningtyas
STMM MMTC Yogyakarta