Liputan6.com, Jakarta Perencanaan pengembangan kota industri harus mampu mendorong pertumbuhan daya saing tinggi terutama untuk perkembangan daerah di era persaingan global seperti sekarang ini.
Konsep kota industri harus dikembangkan secara terintegrasi dan holistik dengan kawasan penunjangnya. Mulai dari hunian, komersil, infrastruktur, konektivitas dan fasilitas umum, serta memperhatikan potensi sosio-ekonomi di setiap daerah dimana kota industri akan dikembangkan.
“Tenant-tenant yang ada di kota industri juga harus meningkatkan daya saing daerah tersebut contohnya seperti di Malaysia yang mulai membentuk kota-kota baru dengan jenis industri dan infrastruktur pendukung yang memang sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerah setempat,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati di Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Baca Juga
Advertisement
Enny menjelaskan banyak negara-negara lain telah mengembangkan kota industri dengan pendekatan solutif seperti ini. Termasuk menggandeng akademisi dan universitas untuk memberikan pelatihan atau untuk bekerjasama mengembangkan pusat inovasi dan riset.
“Negara tetangga kita Malaysia mengundang 17 universitas dari seluruh dunia untuk memberikan pelatihan atau pendidikan kepada kota industri. Misalnya, industri otomotif yang menyediakan pusat pelatihan atau inovasi seperti laboratorium atau R&D, sehingga tercipta riset yang sesuai dengan kebutuhan setempat,” tutur dia.
Ke depan, pembangunan kota industri juga diharapkan mampu menstimulus kota-kota lain untuk berkembang dan bersaing secara global. Sebab itu pemerintah perlu mendorong pusat-pusat daerah yang kompetitif dengan memaksimalkan potensi yang sesuai, contohnya berbasis teknologi, otomotif, perkebunan, pertanian atau perikanan.
“Industri yang dikembangkan terspesialisasi misalnya untuk elektronika saja atau otomotif saja. Kalau di Malaysia ada yang khusus industri-industri halal, tentu hal ini akan memudahkan penyediaan infrastrukturnya dan jasa-jasa yang ada bisa fokus,” jelasnya.
Pemerintah, lanjutnya, harus mendukung melalui pembangunan infrastruktur yang dapat mengakomodir industri dan manufacturing yang membutuhkan mobilitas tinggi seperti pelabuhan, akses jalan, bandara, dan lain sebagainya.
Hal ini dibutuhkan sehingga para pelaku industri tertarik dan pengembangan kota-kota industri bisa didorong di berbagai daerah potensial di Indonesia, baik itu di pulau Jawa ataupun hingga di luar Jawa.
“Kalau dekat dengan pelabuhan dan apapun itu yang sesuai dengan kebutuhan industri dan manufacturing tentu akan lebih efisien dan mampu menekan biaya logistik agar tidak mencapai 26 persen,” tegasnya.
Salah satu penyebab ketertinggalan kota-kota di Indonesia dengan kota di negara lain yang harus dicermati adalah efisiensi. Pembangunan kota industri harus didesain secara efisien sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing.
Kota industri merupakan konsep kota yang mengintegrasikan kawasan industri, hunian dan komersial dengan konsentrasi kegiatan penduduk yang tinggi dengan konektivitas yang baik dengan daerah sekitarnya. Seluruh aktivitas diharapkan mampu menciptakan efek pengganda (multiplier effect) dan pengaruh pengumpulan kekuatan (polarisasi) lokal yang sangat besar.
Hal ini akan mendukung langkah pemerintah yang saat ini tengah mengembangkan 23 kawasan industri yang masuk dalam program strategis nasional, mengingat kawasan Industri merupakan bagian dari kota industri.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memang tengah gencar menjajaki investor-investor yang memiliki komitmen dan visi yang searah dengan pemerintah, baik investor yang telah menjadi mitra Indonesia maupun investor baru.
Adapun investor baru tersebut seperti CFLD Indonesia, yakni perusahaan investasi global berbasis di Singapura yang biasa mengembangkan kota industri. Perusahaan memiliki jejak rekam membangun 52 proyek kota industri di seluruh dunia, termasuk Mesir, Vietnam, Kamboja, dan Amerika Serikat.
Sementara untuk mitra Indonesia yang sudah lama terjalin, diantaranya Japan International Corporation Agency (JICA) dari Jepang yang tengah membangun MRT Jakarta dan tahun ini berencana merambah investasi ke bidang properti.
Begitu juga perusahaan-perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang infrastruktur maupun properti seperti Sinarmas Land, PT Lippo Karawaci Tbk, PT Alam Sutera Realty, Ciputra Group, PT Summarecon Agung Tbk, hingga PT Jaya Real Property Tbk. harus turut mendukung pemerintah dalam pengembangan kota industri yang berdaya saing global.
Tonton video menarik berikut ini: