Tobatnya si Pemburu Kura-Kura Langka, Tuntong Laut

Abubakar Abdul Latif dulunya merupakan pemburu tuntong laut (Batagur borneoensis) yang gigih.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 03 Agu 2017, 16:30 WIB
Abubakar Abdul Latif

Liputan6.com, Aceh - Pria itu tampak tersenyum di bawah temaram lampu. Matanya menerawang jauh, berusaha menggali memori yang telah lewat.

Sosok pria kurus itu bernama Abubakar Abdul Latif. Siapa sangka, di balik tubuhnya yang tampak ringkih, ia dulunya merupakan pemburu tuntong laut (Batagur borneoensis) yang gigih.

Menurut Bakar, ia pertama kali berburu tuntong pada tahun 1995. Semasa itu, jumlah tuntong laut dan telurnya masih melimpah sehingga banyak masyarakat yang mengambil telurnya untuk dijual.

"Mayoritas warga yang tinggal di pesisir pantai ini melaut. Kalau musim Timur tiba dan ikan susah, barulah kami berburu tuntong," ujar Bakar saat ditemui di pondok pelestarian tuntong laut di muara Sungai Tamiang, Rantau, Aceh, pada Rabu (02/08/2017).

Berdasarkan penuturan Bakar, pada masa perburuan telur tuntong, ada orang-orang yang sengaja datang ke desa mereka untuk mengumpulkan telur yang kemudian dijual. Tak hanya telur, orang-orang tersebut juga mengajak warga untuk menangkap indukan tuntong dan dijual secara kiloan.

Perburuan besar-besaran tuntong laut mencapai puncaknya pada tahun 1998. Hal ini mengakibatkan spesies kura-kura air tawar tersebut terancam punah.

"Setelah banyak diburu, mereka seperti hilang. Kami tak bisa lagi menemukan mereka. Susah sekali," aku Bakar.

Abubakar Abdul Latif

Bakar mengatakan bahwa sebelum tuntong laut menjadi langka, ia biasanya bisa mendapatkan hingga 480 butir telur sehari. Telur tersebut dijual seharga Rp 500 per butir (pada tahun 1995) yang nantinya dibagi bersama pemburu telur lainnya.

Kelangkaan tuntong laut mendatangkan penyesalan di diri Bakar. Ia kemudian bergabung dengan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia untuk ikut mengedukasi masyarakat agar tidak lagi memburu tuntong laut. Bakar merasakan efek langkanya hewan itu dan tak ingin anak-cucunya kelak meniru jejaknya atau malah tak mengenal tuntong laut bila hewan itu punah.

"Sekarang saya tak ikut lagi berburu. Kalau masih ada warga yang ketahuan mengambil telur, saya panggil mereka. Saya kasih tahu efek buruknya kalau tuntong punah," tutupnya sambil tersenyum bangga.

Walau memiliki embel-embel laut di namanya, tuntong sebenarnya merupakan satu dari 32 spesies kura-kura air tawar yang hidup di Indonesia. Spesies ini tersebar Pulau Kalimantan bagian barat dan pantai timur Sumatera.

Saat ini, tuntong laut masuk dalam daftar status critically endangered menurut IUCN serta terdaftar di Appendiks II plus zero quota for wild specimen to trade dalam konvensi CITES. Oleh karena itu, upaya pelestarian spesies ini penting dilakukan agar keseimbangan ekosistem perairan hutan bakau di kawasan Aceh Tamiang tetap terjaga.

(sul/ul)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya