Liputan6.com, Jakarta - Menjelang HUT ke-72 Kemerdekaan RI, konten media massa dipenuhi masalah kebangsaan yang akar masalahnya adalah penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Bermacam persoalan bangsa, seperti masalah krisis produksi garam nasional hingga kelesuan sektor industri manufakturing merupakan esensi krisis multidimensi yang harus dituntaskan.
Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) bersinergi menata SDM teknologi, demi kemajuan bangsa dan mengatasi masalah kebangsaan serta hadapi krisis multidimensi.
Baca Juga
Advertisement
Dalam keterangan tertulis Ketua Umum IABIE Bimo Sasongko yang diterima pada Kamis (3/8/2017), IABIE merupakan organisasi profesi yang bermula dari 1.500 lulusan SMA terbaik yang pernah mendapatkan Program Beasiswa BJ Habibie selama periode 1982 hingga 1996 di berbagai negara maju.
Program beasiswa digagas oleh Presiden ke-3 RI BJ Habibie, yang pada saat itu masih menjabat sebagai Menteri Riset, untuk memperkuat lembaga-lembaga di bawah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan Badan Pengelolaan Industri Strategis (BPIS). Setelah 20 tahun kemudian, pada 2 Agustus 2013 dilakukan deklarasi berdirinya IABIE oleh perwakilan dari masing-masing negara Alumni tujuan beasiswa.
IABIE menunjukkan kiprahnya dalam bentuk pemikiran strategis dan konsepsi pembangunan. Serta kiprah nyata sebagai ahli tehnik dan inovator di berbagai lembaga pemerintahan, perusahaan swasta, dan lembaga pendidikan.
Pengurus dan anggota IABIE juga mewarnai berbagai media massa dengan artikel terkait solusi masalah kebangsaan. Sepanjang 2017 karya dan pemikiran segenap IABIE telah disampaikan kepada pemerintah, lewat pertemuan langsung dengan Menteri Ristek Dikti, Mendikbud, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta lembaga pemerintah lainnya.
Optimasi Peran SDM Ahli untuk Pembangunan
Ketua Umum IABIE Bimo Sasongko mengatakan, sebagai anak intelektual BJ Habibie, segenap anggota IABIE dituntut memiliki karakter unggul dan inklusif atau merakyat dalam berkarya maupun dalam menggeluti profesinya.
"Meraih keunggulan di bidang Iptek dan nilai tambah segala bidang, serta selalu digaris depan depan dalam transformasi teknololgi dan industri. Semua itu merupakan karakter IABIE yang digariskan oleh BJ Habibie," kata dia.
Dia mengatakan, visi IABIE adalah terdepan dan inklusif memajukan iptek, meningkatkan nilai tambah dan kapasitas inovasi di Tanah Air. Dengan modal alamiah berupa wadah perhimpunan alumni dengan bermacam portofolio kompetensi serta daya kreativitas dan inovasi.
IABIE mewujudkan kepemimpinan unggul khususnya kepemimpinan dalam domain Iptek dan dunia usaha melalui sinergi yang kuat antar anggota dan sesama anak bangsa. Terus berjuang bersama meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan nasional di Indonesia. Khususnya strategi transformasi teknologi dan industri dengan wahana yang sesuai dengan semangat jaman.
"IABIE memiliki program kerja membantu pemerintah mewujudkan integrasi teknologi global yang kini sedang dibangun oleh Presiden Joko Widodo. Juga berperan sebagai badan pemikir, badan analis yang berorientasi pada kebijakan pembangunan nasional dan inisiatif kerakyatan," ucap Bimo.
Dia menambahkan, aktivitas sebagai badan pemikir juga diwujudkan dalam seminar, pendidikan, latihan, dan penjabaran ide yang bersifat strategis untuk pembangunan bangsa.
Bimo menuturkan, segenap anggota IABIE bertekad melanjutkan peran sejarah BJ Habibie sejak beliau menjadi penggerak Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman pada 1956. Sebagai pengurus pada waktu itu BJ Habibie memiliki obsesi dan visi pembangunan yang detail.
Sejak saat itu PPI mulai menyiapkan wahana bangsa di berbagai bidang. Seperti bidang kedirgantaraan, maritim, ketenagalistrikan, dan wahana industrialisasi lainnya. Wahana merupakan sarana dan prasarana yang strategis untuk pembangunan bangsa yang bertumpu kepada prinsip kemandirian.
Sepanjang kariernya BJ Habibie telah mempersiapkan berbagai wahana industrialisasi dan pusat Iptek serta meletakkan tonggak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang diperingati setiap 10 Agustus.
"Pada saat ini IABIE sedang melakukan reinventing program pengiriman kembali lulusan SMA ke luar negeri dengan skema yang sesuai dengan kondisi sekarang serta memberikan solusi ke Pemerintah terkait dengan pengiriman lewat skema offset," kata dia.
Bimo mengatakan, kebijakan Presiden Joko Widodo memacu pembangunan infrastruktur memerlukan dukungan banyak SDM ahli di bidang teknis maupun pembiayaan. Sehingga, pembangunan infrastruktur bisa terwujud dengan kualitas yang baik dan bisa berlanjut tanpa kendala yang berarti di waktu mendatang.
Selain itu pembangunan berbagai proyek infrastruktur, perlu melibatkan aspek audit teknologi yang bertujuan untuk mengendepankan kepentingan komponen lokal dan melibatkan seluas-luasnya tenaga kerja lokal.
"Pemerintah hendaknya tidak memberikan cek kosong begitu saja kepada pengusaha asing untuk memilih dan menentukan sendiri spesifikasi teknologi yang akan diterapkan di negeri ini," ucap dia.
Dalam keterangannya, IABIE selama ini juga ikut berperan menjaga kedaulatan wilayah RI lewat pengurus dan anggotanya yang memiliki kompetensi untuk integrasikan sistem radar nasional. Untuk meneguhkan Wawasan Nusantara yang kini sangat tergantung kepada SDM yang menguasai infrastruktur pemantau yang andal dalam menjaga wilayah negara.
Sistem pemantau terintegarsi dalam C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissanse) yang mengedepankan drone atau pesawat tanpa awak dan sebaran radar di titik-titik rawan. Seperti yang ditekankan oleh Presiden Jokowi.
Bimo mengatakan, anggota IABIE telah membangun radar yang canggih dan teknologinya sudah dikuasai. Hal itu ditunjukkan oleh anggota yang kini menjadi CEO PT Dua Empat Tujuh yang selama ini fokus usahanya rancang bangun radar. *
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.
Advertisement