Liputan6.com, Manila - Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano, secara resmi membuka kegiatan ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) ke-50 dan sejumlah pertemuan terkait.
Dalam kata sambutannya, Cayetano membahas soal perkembangan yang telah dilalui ASEAN selama 50 tahun berdiri, nilai dan prinsip yang diwariskan oleh lima Bapak Pendiri ASEAN.
"Seperti ASEAN yang saat ini telah berkembang secara internal dan dihormati, ASEAN juga sukses membangun hubungan keluar ke beberapa negara dan organisasi di luar kawasan," ujar Cayetano di Philippine International Convention Center, Manila.
Kesuksesan tersebut karena ASEAN menggunakan sistem kerja sama inklusif. Saat ini, ASEAN telah memiliki 10 Mitra Wicara, yakni Australia, Kanada, Tiongkok, Uni Eropa, India Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat.
Menurutnya, ada beberapa mekanisme yang memainkan peranan kunci untuk membangun dan menjaga stabilitas kawasan, termasuk ASEAN Plus Three (APT), ASEAN Regional Forum (ARF), East Asia Summit (EAS), dan Defense Ministers Meeting Plus.
"Dengan adanya sistem hubungan tersebut, ASEAN dapat mempengaruhi mitranya untuk lebih efektif memberikan solusi isu-isu bersama di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya," ujar Caytano.
Dalam pembukaan acara yang juga merupakan rangkaian dari hari jadi ASEAN ke-50 tahun, menlu berusia 46 tahun itu mengatakan bahwa nilai yang sama yang membuat ASEAN terus maju dalam damai dan harmoni.
"Sebagai organisasi, kami telah berkontribusi dalam memberikan norma dan nilai terhadap kerja sama regional, yang paling terkenal dan beberapa kali menuai kritikan adalah ASEAN Way. Pendekatan itu didasarkan pada dialog, konsensus, dan kerja sama, dan tidak mencampuri urusan internal negara anggota," ujar Cayetano.
Baca Juga
Advertisement
"Komitmen kita terhadap prinsip ini merupakan latar belakang kedamaian dan stabilitas, serta berbagi kesejahteraan. Menginjak usia 50 tahun, mari kita dibimbing oleh nilai dan prinsip ini, dan menganggapnya sebagai warisan bapak pendiri," imbuh dia.
Di akhir kata sambutannya, Menlu kelahiran Taguig itu mengutip pernyataan Presiden Rorigo Duterte pada 15 Januari 2017, saat Filipina menjadi ketua ASEAN.
"Seperti yang disampaikan Rodrigo Duterte, 'Kita ada di dalam perjalanan ini bersama-sama', saya ulangi lagi, 'Kita ada di dalam perjalanan ini bersama-sama'," ujar dia.
"Ini merupakan kesempatan emas bagi kita semua, untuk semua bekerja dengan ASEAN. Mari kita bergandeng tangan untuk membuat visi ini menjadi kenyataan dan dinikmati oleh semua orang."
"Sekarang adalah waktunya. Dalam beberapa hari ke depan adalah waktu untuk bertransformasi, berbagi aspirasi, dan nilai, yang dinyatakan oleh bapak pendiri kita, tak kurang dari mimpi dan visi mereka. Semoga ini menjadi pertemuan yang memorable, produktif, sukses," ujar Cayetano.
ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand melalui Deklarasi Bangkok.
Lima orang yang menandatangani deklarasi tersebut adalah Wakil Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik, Menteri Luar Negeri Filipina Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura S Rajaratnam, dan Menteri Luar Negeri Thailand Thanat Khoman.
ASEAN yang awalnya terdiri dari lima negara, berkembang menjadi 10 negara. Pada 2015 ASEAN bertransformasi menjadi masyarakat dengan tiga pilar utama, yakni politik dan keamanan, ekonomi, serta sosial dan budaya.
Menurut Cayetano, saat ini terdapat 600 juta masyarakat di ASEAN, dengan gabungan PDB sebanyak 2,4 triliun dolar, dan jika digabung menjadi satu, pertumbuhan ekonomi ASEAN akan menjadi yang tercepat ketiga di dunia, di bawah China dan India.