Ini 3 Perempuan Indonesia yang Jadi Korban 'Janji Surga' ISIS

Janji surga yang disampaikan ISIS ternyata cuma tipu daya belaka, 3 WNI yang sempat bergabung mengaku menyesal dengan keputusannya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 05 Agu 2017, 20:24 WIB
Militan ISIS (Reuters)

 

 

Liputan6.com, Jakarta - ISIS menjual janji-janji surga untuk menarik para pengikut: gaji besar, fasilitas gratis, kehidupan yang nyaman dan sesuai tuntutan agama. Maka sejumlah orang dari seluruh dunia pun berdatangan, termasuk dari Indonesia. Mereka rela melego semua harta demi bergabung dengan 'negara Islam' yang didirikan di wilayah Irak dan Suriah. 

Namun, belakangan, janji manis itu ternyata tak terbukti. Apa yang terpampang nyata di lapangan tak seindah bayangan. 

Sejumlah perempuan asal Indonesia pun mengaku jadi korban, salah satunya Nurshardrina Khairadhania.

Gadis yang belum genap 20 tahun ini mengaku harus kehilangan impiannya karena mengikuti ISIS. Dalam sebuah wawancara Nurshardrina bahkan menyebut semua cita-cita telah hancur berkeping-keping.

Nurshardrina bukan WNI satu-satunya yang sadar, bahwa ISIS telah melakukan dusta besar dengan hidup mereka sebagai taruhannya.

Narasi pengakuan mereka nyaris sama: segala yang dipaparkan ISIS di media sosial mau pun jagat maya adalah tipu muslihat belaka.

Dilansir dari Liputan6.com, berikut 3 perempuan Indonesia yang pernah tertipu 'janji surga' ISIS:

 


1. Nurshardrina Khairadhania

Nurshardrina Khairadhania, yang saat ini sudah berusia 19 tahun mengingat kembali bagaimana kepindahannya serta keluarga ke Raqqa berujung tragis.

Nurshardrina Khairadhania, remaja Indonesia yang tergiur janji-janji manis ISIS (AP)

Selama di sana, keluarga itu tercerai-berai. Nur, nama panggilan gadis, itu harus kehilangan neneknya. Sementara seorang pamannya terbunuh dalam sebuah serangan udara.

"ISIS hanya berbagi hal-hal baik di internet," ujar Nur dalam wawancara dengan Associated Press.

Nur mengajak keluarganya pindah beberapa bulan setelah ISIS mendeklarasikan "kekhalifahan" mereka di wilayah Suriah dan Irak pada tahun 2014.

Dengan mengutip dari blog ISIS, Nur menceritakan niat kepindahan mereka ke Suriah. Di antaranya, saudaranya yang berusia 21 tahun dapat melanjutkan pendidikan komputernya secara gratis, sepupunya yang menjanda dapat memperoleh perawatan kesehatan bagi ia dan tiga anaknya yang salah satunya penderita autisme, pamannya dapat keluar dari jeratan utang bahkan membuka sebuah usaha baru.

Bagi Nur sendiri, ISIS merupakan tempat yang tepat untuk mengejar keinginannya mendalami Islam dan belajar menjadi praktisi kesehatan.

Setibanya di Turki, keluarga itu terpecah dalam perdebatan bagaimana mereka menyelinap ke Suriah. Tujuh kerabat Nur yang nekat bergerak sendiri, ditangkap aparat Turki saat mencoba melintasi perbatasan secara ilegal.

Mereka dideportasi ke Indonesia. Di Tanah Air kehidupan mereka diawasi mengingat sebagian lainnya tinggal di wilayah ISIS.


2. Dilfansyah Rahmani

Perempuan ini punya alasan kuat untuk membenci ISIS. "Semua bohong ... ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet."

Dengan nada menyesal Dilfansyah Rahmani. Dia mengatakan, semua janji ISIS cuma tipu muslihat belaka.

"Laki-laki (yang bersama kami) tak ada yang pernah berperang bersama Daesh (Daulat Islamiyah). Tak ada sama sekali. Kami semua membenci mereka dan kami tertipu oleh mereka. Kami ingin ke luar dari Daesh lebih dari setahun lalu, namun baru bisa menemukan jalan keluar sekarang," jelasnya.

"Kami di sini (kamp pengungsian) sudah tiga minggu dan ingin sesegera mungkin kembali ke Indonesia," kata Dilfansyah.

Dilfansyah telah berada di kamp pengungsi Suriah, Ain Issa. Menurutnya, walau sudah lepas dari cengkeraman ISIS, kondisi di kamp pengungsian jauh dari kata baik.

"Kondisi kami di sini juga banyak yang sakit-sakitan, uang semakin menipis," papar dia.


3. Leefa

Perempuan ini, mengaku punya alasan kuat untuk bergabung dengan ISIS. Warga Negara Indonesia (WNI) itu mengaku ingin mendapatkan penghidupan yang lebih baik dibanding di Tanah Air.

Koalisi Ormas Islam Indonesia menolak berkembangnya Organisasi ISIS di Indonesia.

Apalagi, perempuan tersebut mengalami masalah kesehatan. "Saya butuh operasi leher. Di Indonesia biayanya sangat mahal. Tapi di Daesh, katanya, semua gratis," kata dia, seperti dikutip dari situs aawsat, Kamis (15/6/2017). Daesh adalah nama lain ISIS.

Pengetahuan Leefa soal ISIS didapat dari internet dan video yang diproduksi kelompok teror tersebut. Di benaknya kala itu, "kekhalifahan" yang didirikan di Irak dan Suriah itu adalah tempat yang ideal bagi Muslim. Bak surga di atas Bumi.

"Saya pergi ke wilayah ISIS untuk menjadi Muslim sejati," kata dia.

Perjalanan panjang dilalui untuk mencapai tanah impian. Namun, sesampainya di kota tujuan, semua angan-angan indah buyar seketika.

Jangankan kehidupan serba mudah, operasi leher yang dijanjikan pun tinggal janji. Leefa sadar ia jadi korban janji manis ISIS yang ternyata dusta belaka.

Kini Leefa tinggal di kamp pengungsian di Ain Issa, yang letaknya 50 kilometer utara Raqqa.

Saksikan juga video berikut ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya