Liputan6.com, Manila - Association of South East Asia Nations atau disebut ASEAN, pada 8 Agustus 2017 memperingati hari jadinya yang ke-50 tahun. Bermula dari lima perwakilan negara yang menandatangani Deklarasi Bangkok, perhimpunan tersebut telah melalui banyak lika-liku.
Mengingat hal tersebut, para menteri luar negeri negara ASEAN, melihat perhimpunan kawasan Asia Tenggara 50 tahun ke belakang dan juga ke depan. Hal tersebut dibahas dalam ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) Plenary di Manila, Filipina.
Advertisement
Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam pertemuan tersebut Indonesia mengatakan bahwa ASEAN telah sukses dalam menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan bagi kawasan Asia Tenggara.
"Bahwa orang lupa, bahwa kita tidak bisa bayangkan Asia Tenggara tanpa ASEAN. Indonesia menyampaikan bahwa pada saat kita membangun ASEAN tahun 1967, situasi kawasan juga tidak dalam kondisi yang baik, baik secara politik maupun secara ekonomi," ujar Menlu Retno dalam press briefing, Sabtu (5/8/2017), di Manila.
"Di sekitar tahun itu, inflasi Indonesia mencapai 600 persen. Jadi masing-masing negara tidak dalam situasi yang bagus. Tetapi mereka punya keberanian untuk membentuk ASEAN," imbuhnya.
Menurutnya, ASEAN adalah kontributor terbesar bagi terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan bagi Asia Tenggara.
ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand melalui Deklarasi Bangkok.
Lima orang yang menandatangani deklarasi tersebut adalah Wakil Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik, Menteri Luar Negeri Filipina Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura A Rajaratnam, dan Menteri Luar Negeri Thailand Thanat Khonam.
ASEAN yang awalnya terdiri dari lima negara, berkembang menjadi 10 negara. Pada 2015 ASEAN bertransformasi menjadi masyarakat dengan tiga pilar utama, yakni politik dan keamanan, ekonomi, serta sosial dan budaya.
Simak video berikut ini: