Liputan6.com, Bekasi - Hidup M Alzahra atau Joya (30) berakhir tragis. Warga Kampung Kavling Jati, Desa Cikarang Kota, Kecamatan Cikarang Utara, itu tewas dengan cara dianiaya lalu dibakar hidup-hidup oleh warga.
Kejadian ini menimpa setelah Joya dituduh mencuri tiga amplifier atau pengeras suara di Musala Al-Hidayah di Babelan, Selasa 1 Agustus 2017 petang.
Advertisement
Kapolres Bekasi Kombes Pol Asep Adi Saputra menuturkan, sebelum kejadian, dua saksi yang jadi pengurus musala telah memperhatikan gerak-gerik korban. Dia tampak mengambil air wudu sebelum masuk ke musala.
Setelah keluar, dia diduga membawa amplifier milik musala. Salah seorang saksi lantas langsung menegur. Namun, korban memilih kabur menggunakan sepeda motornya.
"Pelaku langsung melarikan diri, sehingga warga melakukan pengejaran," kata Asep di Bekasi, Jumat 4 Agustus 2017.
Kondisi jalanan yang cukup padat di Pasar Muara, Bekasi, membuat pelarian Joya tersendat. Dia sempat turun dari motor dan hampir melompat ke sungai. Namun, warga yang mendengar teriakan maling langsung berkerumun dan menangkap pekerja reparasi amplifier itu.
Usai terkepung massa, Joya pun dikeroyok hingga babak belur. Tak sampai itu, warga pun melakukan tindakan keji dengan membakar korban.
"Pelaku pengeroyokan sedang kita selidiki. Prosesnya mulai penyelidikan dulu siapa saja yang mengetahui peristiwa tersebut. Tidak boleh main hakim sendiri, apalagi tindakan yang tidak punya rasa kemanusiaan," ujar Kapolres Metro Bekasi Asep Adi Saputra.
Dari hasil penyelidikan kepolisian, terungkap fakta terkait sosok Joya. Apa saja? Ini dia:
Istri Hamil 6 Bulan
Keluarga pria yang diduga pencuri amplifier di Kampung Cabang Empat, RT 02/01, Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, mengutuk keras tindakan main hakim sendiri yang menewaskan M Alzahra alias Joya (30).
"Sampai saat ini, saya tidak percaya suami saya melakukan itu. Saya tidak terima, perbuatan mereka tega, tidak berperikemanusiaan," kata Siti Jubaida (25), istri korban, saat ditemui di rumahnya, Kamis (3/8/2017).
Saat ini, Jubaidah tengah mengandung 6 bulan. Dia pun belum tahu bagaimana kondisinya setelah ditinggal almarhum suaminya. "Saya belum memikirkan nasib ke depan bagaimana setelah kejadian ini," ujar Jubaida.
Selain bayi di rahim Siti Jubaida, almarhum Joya juga meninggalkan putra, Alif Saputra yang masih berusia 4 tahun. Sepekan sepeninggal sang ayah, Alif kerap menanyakan keberadaan orang yang mencintainya itu. Terlebih, dia kangen diajak sang ayah untuk pergi mengaji dan salat di musala, yang tak jauh dari tempat kontrakannya.
"Yang dia tau kan, kalau sudah sore, ayahnya sudah pulang ke rumah. Kalau sudah sore, dia nyariin terus. 'Abi mana, Abi mana. Abi kok gak olat (salat). Terus lari, bolak balik ke musala, nanyain orang-orang di situ. Kok abi gak auloh akbar (Allahuakbar)," cerita Jubaida sambil menahan air mata.
Jubaida mengaku, tidaklah mudah menjawab pertanyaan tersebut. Ia kehilangan akal, dan hanya meminta agar para pelaku pengeroyokan yang menewaskan Joya diproses secara adil.
"Berat mas. Kemarin dia nanya ke neneknya. Nenek, nenek, kok abi tidur, tidurnya di tanah. Dia masih polos banget kan, saya enggak tau jawab apa lagi," tutup Jubaida pelan dan sesenggukan.
Advertisement
Usaha Reparasi Amplifier
Istri Joya, Siti Jubaida mengatakan, suaminya memang memiliki usaha reparasi pengeras suara. Usaha kecil-kecilan itu telah dilakoni Joya jauh sebelum membangun bahtera keluarga bersama Siti.
Dia menawarkan jasanya dengan berkeliling dari kampung ke kampung setiap hari. Usaha kecil-kecilan itu telah dilakukan Joya jauh sebelum membangun bahtera keluarga bersama Siti. Caranya dengan berkeliling dari kampung ke kampung untuk menawarkan jasa dan keahliannya mengutak-atik speaker setiap hari.
"Keluarga kami bisa makan dari reparasi salon speaker. Usaha ini udah lama, ada 4 tahun. Kadang dia jual ke Cileungsi, kadang ke Jakarta. Tapi mayoritas pelanggannya dari online juga," jelasnya.
Saat kejadian, kata Siti, suaminya sempat menelepon dan bercerita jika dia dalam perjalanan pulang. Ia mengira jika suaminya tersebut menyempatkan diri untuk mampir ke musala setempat untuk melaksanakan salat sebelum dibakar hidup-hidup.
"Dia jam 11 siang keluar membawa speaker. Memang setiap hari dia keluar untuk dagang. Nah, sorenya dia sempat telepon, bilang dalam perjalanan pulang. Saya mengira jika suami saya sambil membawa alat-alatnya dan mampir ke musala untuk salat. Karena takut hilang, dia bawa ke dalam. Entah bagaimana dia lalu disebut maling," tutur Siti.
Taat Ibadah
Air mata telah mengering dari pipi Siti Jubaida, istri pria yang dituduh mencuri di masjid di Kampung Cabang Empat, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Perempuan 25 tahun itu masih tidak percaya dengan kabar yang didengarnya, sang suami pencuri amplifier.
Tak pernah terbesit di benaknya untuk berburuk sangka kepada M Alzahra alias Joya (30). Pria yang tewas dihakimi massa itu dikenalnya sebagai sosok taat beribadah.
"Almarhum selalu tepat waktu dalam menjalankan salat," ujar Siti saat ditemui di rumahnya, Kamis 3 Agustus 2017.
Oleh karena itu, dia percaya Joya adalah korban salah sasaran.
Lebih jauh, Siti mengaku sempat menonton detik-detik suaminya dianiaya, seperti yang marak beredar di sejumlah media sosial. Kata dia, ada satu video yang isinya menyebut jika tak ada satupun amplifier atau alat pengeras suara milik musala yang dicuri oleh korban.
"Saya nonton salah satu video di YouTube yang ada suaranya warga. Warga itu berteriak teriak, jika ampli di musala masih ada. Orang itu teriak teriak, masih ada, masih ada, enggak dicuri. Saya enggak kuat nontonnya, walaupun benar suami saya lakukan itu, yah jangan digituin," ujar Siti dengan berlinang air mata.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Advertisement