Jerat Kawat hingga Listrik, Cara Sadis Pemburu Harimau Sumatera

Jika ada harimau masuk jeratan, tubuhnya akan tersentak ke atas dan tergantung dalam jeratan tali bertegangan listrik sampai mati.

oleh Bangun Santoso diperbarui 06 Agu 2017, 21:01 WIB
Deretan jerat yang berhasil diamankan BKSDA Jambi beberapa waktu lalu. (Liputan6.com/B Santoso)

Liputan6.com, Jambi Entah mengaum atau mengerang. Meski sudah diamankan dalam kandang mirip penjara, suara sang penguasa rimba, harimau Sumatera, tetap bikin kaget sekaligus merinding.

Terbaring dan tampak lesu, sorot matanya terlihat berbeda dengan harimau kebanyakan yang biasa tinggal di kebun binatang.

Begitulah sekelumit gambaran seekor harimau Sumatera yang berhasil diselamatkan dari jerat harimau sekitar 2014 lalu. Hewan buas itu masih sedikit beruntung, kaki bagian depan sebelah kanan yang terluka akibat jeratan tak sampai merenggut nyawanya.

Hanya saja, sang harimau terpaksa dibawa petugas Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi untuk diobati sebelum dikembalikan ke habitatnya.

Bagi orang biasa, baru mendengar suaranya saja sudah takut. Tapi itu sepertinya tidak berlaku bagi kawanan pemburu harimau. Lebatnya hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) atau cerita tentang ganasnya harimau Sumatera tak membuat para pemburu ciut nyali menangkap sang penguasa hutan itu.

Salah satu cara yang paling sering ditemui adalah dengan memasang jerat. Petugas BKSDA masih kerap menemukan berbagai macam jerat. Mulai dari kawat seling hingga jerat listrik.

Salah satu pemerhati harimau dari Forum Harimau Kita, Yoan Dinata menyebutkan, selama kurun waktu tiga tahun terakhir ditemukan 391 jerat harimau di kawasan TNKS. Jumlah itu bisa saja bertambah mengingat di Jambi, habitat harimau juga ada di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) maupun Taman Nasional Berbak.

Menurut Yoan hampir di seluruh habitat harimau di Jambi rawan akan jerat yang dipasang pemburu. Apalagi yang ada di daerah-daerah perbatasan atau wilayah hutan yang berbatasan dengan areal lain seperti kawasan konservasi.

"Itu kan harimau juga bermain keluar kawasan konservasi, di situ rawan diburu," ujar Yoan, Minggu (6/8/2017).

Sementara itu, Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Jambi, Suratman mengakui masih banyak ditemukan jerat harimau. Salah satunya di Taman Nasional Berbak.

Menurut dia, jerat yang ditemukan terbilang masih tradisional. Namun ada juga yang sudah sedikit modern, yakni dengan menggunakan tegangan listrik atau disetrum.

Jika ada harimau yang menginjak jerat tersebut, maka tubuhnya akan tersentak ke atas dan tergantung terikat jerat tali. Tak hanya harimau, satwa lain juga bisa terkena jerat itu.

"Bahkan jika tak waspada petugas pun bisa kena. Makanya dalam pembersihan jerat harus hati-hati," ujar Suratman, akhir Juli 2017 lalu.

Mirisnya, satwa yang terkena jerat tersebut dipastikan akan mati. Ini karena kuatnya jerat ketika mendapatkan mangsa. Bahkan, Suratman mengaku pernah mendapati seekor harimau yang sudah mati membusuk dan tergantung tali jerat.

"Kasihan dan miris melihatnya. Pernah saya melihat itu (harimau terkena jerat) beberapa tahun lalu," Suratman memungkasi.

Saksikan video menarik di bawah ini:


Sekilas tentang TNKS

Salah satu kawasan perbatasan TNKS di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. (Liputan6.com/B Santoso)

Salah satu habitat terluas akan harimau Sumatera adalah kawasan TNKS yang membentang di empat provinsi, yakni Provinsi Jambi (paling luas), Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat. Luas TNKS membentang hingga 1.389.510 hektare. Taman nasional ini disebut sebagai habitat paling banyak dihuni harimau Sumatera.

Komite Warisan Dunia pada 2004 menetapkan TNKS bersama Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage).

Namun, akibat tingginya ancaman seperti perambahan, pembalakan liar, ekspansi perkebunan monokultur dan pembangunan jalan, World Heritage Committee UNESCO memasukkan Tropical Rainforest Heritage of Sumatera ini (TNKS, TNBBS dan TNGL) sebagai Situs Warisan Dunia dengan status In Dangered (terancam) pada 22 Juni 2011.

Dari sisi keanekaragaman hayati, TNKS tercatat memilik 4.000 spesies tumbuhan, 370 spesies burung, dan 85 spesies mamalia.

Tak hanya itu, TNKS juga memiliki peran vital sebagai daerah tangkapan air bagi 23 sungai utama di empat provinsi di Sumatera. Rincinya, Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari di Jambi dan Sumatera Barat, DAS Ketahun di Bengkulu dan DAS Musi di Sumatera Selatan.

Tak hanya terancam akan perburuan satwa liar dilindungi. Sejumlah pemerhati lingkungan di Jambi juga menyoroti rencana Pemprov Jambi yang ingin membuat akses jalan membelah kawasan TNKS. Meski baru sebatas rencana, pembangunan jalan di kawasan TNKS dinilai akan merusak keanekaragaman hayati di taman nasional itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya