Kronologi Putusan Pailit Produsen Jamu Legendaris Nyonya Meneer

Kabar mengejutkan soal pailitnya produsen jamu Nyonya Meneer menjadi perhatian pada pekan lalu.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Agu 2017, 14:42 WIB
Museum Jamu Nyonya Meneer (Sumber: njonjameneer.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar mengejutkan datang dari industri jamu nasional. Produsen jamu legendaris Nyonya Meneer dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Jawa Tengah. Keputusan pailit itu lantaran perusahaan jamu yang sudah berdiri sejak 1919 ini gagal membayar kewajiban utang kepada kreditur.

Keputusan pailit PT Nyonya Meneer ditetapkan pada sidang 3 Agustus 2017. Sidang permohonan pailit tersebut dipimpin oleh hakim ketua Nani Indrawati.

Keputusan gugatan pailit itu diajukan salah satu kreditur asal Kabupaten Sukoharjo, Hendrianto Bambang Santoso. Pemohon menyatakan, Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajiban membayar utang sebesar Rp 7,04 miliar.

"Putusannya mengabulkan permohonan membatalkan putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang," ujar juru bicara PN Semarang M Sainal, seperti ditulis Senin (7/8/2017).

Dari pembatalan itu, Nyonya Meneer dinyatakan pailit. Dengan putusan tersebut, ditunjuk kurator untuk menyelesaikan kewajiban Nyonya Meneer kepada kreditur.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:


Alasan Produsen Jamu Nyonya Meneer Pailit

Lalu apa yang membuat perusahaan jamu legendaris itu pailit?

Pailitnya produsen jamu Nyonya Meneer juga menjadi perhatian. Runtuhnya kejayaan produsen jamu yang dibangun oleh Lauw Ping Nio ini lantaran dinilai kurang cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan inovasi.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, menuturkan, secara umum ada masa perusahaan datang dan pergi. Di Amerika Serikat (AS) pun, perusahaan-perusahaan besar tidak sanggup melawan perubahan yang terjadi.

"Intinya, perusahaan itu datang dan pergi. Di negara maju seperti AS saja, banyak perusahaan besar tidak berdaya menghadapi gejala perubahan yang luar biasa, dan kemudian menggantikan peran mereka. Contohnya, toko buku sebesar Barnes & Noble sudah hampir menghentikan usahanya," ujar Bambang di kantornya, Jakarta, Jumat, 4 Agustus 2017.

Bambang menilai, ada perubahan dan kemajuan zaman yang menuntut manajemen perusahaan, termasuk Nyonya Meneer, untuk mengikuti perkembangan bisnis.

Sedangkan di industri jamu, ia menilai kalau ada perusahaan jamu yang justru mendulang untung besar karena mampu berinovasi di era yang serba digital.

"Kalau soal jamu, saya melihat ada merek lain yang justru bisa melakukan adjustment dengan baik. Keuntungan dan omzet pun meningkat. Tapi saya tidak mau menge-judge masalah manajemen atau masalah pasar (Nyonya Meneer)," tutur Bambang.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional (GP Jamu) Dwi Ranny Pertiwi Zarman heran dengan pailitnya produsen jamu Nyonya Meneer. Dia menilai, selama ini penjualan produk jamu Nyonya Meneer cukup baik.

"Setahu saya penjualan Nyonya Meneer masih cukup bagus. Bahkan lagi bagus-bagusnya," ujar dia.

Nyonya Meneer juga dinilai punya pangsa pasar besar di dalam negeri dan juga terus memasarkan produk ke luar negeri. Oleh karena itu, Dwi heran dengan pailit yang dialami Nyonya Meneer. "Ekspornya juga bagus. Hanya masalah detailnya saya tidak memahaminya," kata dia.

Ia pun menyampaikan keprihatinannya terhadap masalah yang dihadapi oleh Nyonya Meneer. Ia mengimbau kepada produsen jamu lain agar lebih berhati-hati.


Jalani banding

Ajukan Kasasi

Presiden Direktur PT Njonya Meneer, Charles Saerang, kaget dan kecewa atas putusan Pengadilan Negeri Semarang.

"Saya tidak mengerti kepentingannya. Jangan main seenaknya saja, kok tega, dasarnya apa," ujar Charles saat berbincang dengan Liputan6.com.

Ia mengharapkan pengadilan bersikap objektif dengan mempertimbangkan banyak hal. Pertama, jumlah pekerja Nyonya Meneer yang mencapai ribuan. Kedua, keinginan perusahaan untuk menunaikan kewajiban.

Charles khawatir putusan pailit dari pengadilan bisa jadi preseden buruk bagi perusahaan yang dikatakan sebenarnya dalam keadaan sehat.

Meski demikian, Saerang akan mematuhi hasil keputusan. Perusahaan akan mengambil langkah hukum lain menghadapi hasil keputusan Pengadilan Negeri Semarang.

"Saya tetap akan mengambil tindakan sesuai aturan seperti kasasi, PK dan lainnya," ujar dia.


Legendaris

Produsen Jamu Legendaris

Kasus pailitnya produsen jamu Nyonya Meneer telah menyedot perhatian pada akhir pekan lalu. Di Twitter, warganet pun terlihat melontarkan beragam komentar mengenai produsen jamu tersebut.

Hal itu merupakan wajar mengingat produsen jamu Nyonya Meneer punya sejarah panjang. Produsen jamu identik dengan foto wanita berkonde ini telah berdiri sejak 1919 di Semarang.

Awal mula bisnis jamu Nyonya Meneer ini berkat tangan dingin Meneer, panggilan masa kecil Lauw Ping Nio, dalam meracik ramuan jamu. Pada mulanya, perempuan keturunan Tionghoa-Jawa ini meracik jamu untuk obat suaminya.

Hal itu ia lakukan di tengah keterbatasan dan keprihatinan masa pendudukan Belanda di awal 1900-an.
Racikan aneka tumbuhan dan rempah yang diminum suaminya ternyata mujarab. Padahal, berbagai pengobatan tidak mampu memulihkan kondisi sang suami tercinta.

Para kerabat dekat di Semarang pun segera mencium tangan dingin Nyonya Meneer untuk meracik jamu. Sosoknya yang peduli pada orang sekitar membuat dia dengan senang hati meracik untuk mereka sakit demam, sakit kepala, masuk angin dan terserang berbagai penyakit ringan lainnya. Sebagian besar yang mencoba racikan jamu itu puas.

Meneer pun menjadi lebih bersemangat untuk melatih kemampuannya dalam meramu obat tradisional, terutama herbal warisan orangtuanya.

Semakin banyak yang merasakan khasiat jamu racikan Nyonya Meneer, semakin banyak pula permintaan kepadanya untuk mengantarkan sendiri jamu yang belakangan mulai dikemasnya itu.

Kesibukan Nyonya Meneer di dapur tidak memungkinkan untuk memenuhi permintaan itu. Dengan berat hati, ia meminta maaf. Sebagai gantinya, ia mencantumkan fotonya pada kemasan jamu buatannya.

Penggunaan potret di merek produk zaman dulu merupakan tindakan yang lazim dilakukan para pelaku usaha.

Kemasan produk hasil racikan keturunan Tionghoa memang sering memakai potret pendirinya sebagai jaminan kalau produknya memang berkualitas. Tak ada yang keberatan, tak ada pula yang menduga bahwa di kemudian hari jamu dengan potret seorang wanita ini melegenda.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya