Liputan6.com, Jakarta - Mengingat latar belakang sejarahnya, kerjasama ekonomi, kemananan, dan politik di seluruh kawasan Samudra Pasifik bukan kawasan yang asing bagi Komando Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat atau US Pacific Command (USPACOM.) Selain menjadi jalur perekonomian penting di kawasan, Samudra Pasifik juga menjadi rumah bagi miliaran penduduk planet ini.
Seperti dikatakan oleh Admiral Harry B. Harris Jr. dalam acara "The US-Indonesia Bilateral Security Relationship" di Jakarta pada Senin (7/8/2017), selama lebih dari 70 tahun, USPACOM telah melindungi kepentingan AS di kawasan. Namun demikian, penerima manfaat bukan hanya Negeri Paman Sam.
Baca Juga
Advertisement
Secara singkat, USPACOM disebutnya sebagai kisah sukses. Namun demikian, di antara semua itu, Admiral Harris tidak memungkiri adanya 3 hal utama yang menjadi perhatian di kawasan. Seperti dicatat Liputan6.com, Panglima USPACOM itu menyebutkan 3 hal:
1. Korea Utara
Korea Utara terletak di Timur Laut Asia, tetapi menjadi ancaman bagi seluruh kawasan Samudra Hindia dan Pasifik karena Kim Jong-un menghadapkan rudalnya ke segala arah dan giat mencari cara untuk meningkatkan kemampuan rudal-rudalnya.
Bagi Panglima Komando Pasifik AL AS itu, kombinasi hulu ledak nuklir, kemampuan rudal balistik, dan karakter Kim Jong-un dapat menjadi bencana. Apalagi karena ia tidak mau kelihatan gagal di muka umum, sehingga Korea Utara akan gencar memperbaiki kemampuan program rudalnya.
Para diplomat AS tentu saja menjalankan tekanan diplomatik dan ekonomi agar Pyongyang menghentikan ambisi nuklirnya, tapi Komando Pasifik mengaku bersiaga mendukung pilihan damai itu dengan kekuatan tempur.
Tantu saja AS menyertakan China yang menjadi sekutu satu-satunya bagi Korea Utara untuk melakukan lebih banyak melalui pengaruh ekonomi agar Pyongyang menghentikan ujian-ujian rudalnya. China sekarang ini adalah rekan dagang terbesar Korea Utara, demikian menurut South Korea Trade and Promotion Agency.
"Volume perdagangan China dan Korea Utara meningkat lebih dari 6 persen menjadi hampir US$ 6 miliar dolar. Dana sebesar US$6 miliar dolar itu bisa untuk meraih teknologi rudal," ujarnya.
Walaupun China mendukung resolusi baru terhadap Korea Utara, Panglima tersebut mengaku AS harus tetap waspada dengan kesetujuan itu karena Beijing pernah mengaku tidak tahu banyak tentang program rudal tersebut padahal menjadi kontributor utama kepada ekonomi Pyongyang.
Beijing semakin menanamkan pengaruh, jauh lebih besar daripada negara manapun, kepada Korea Utara. Menurutnya, "China menjadi kunci untuk hasil yang damai untuk Semenanjung Korea, tapi China bukan kunci untuk semua hasilnya."
Advertisement
2. China
Beijing terus membangun kekuatan tempur di Laut China Selatan dalam upaya meraih kedaulatan de facto. China ditengarai secara fundamental telah mengubah tataran fisik dan politik melalui penciptaan dan militerisasi pangkalan-pangkalan buatan manusia lalu menggunakan propaganda yang mengakui bahwa semua itu adalah untuk penyelamatan nelayan.
Menurut Panglima AS, Indonesia telah memiliki fokus yang tepat dalam melindungi kedaulatan dan aset bangsa terkait dengan zona ekonomi ekslusif Indonesia, "Sebagai salah satu penghasil pangan laut terbesar sedunia, Indonesia memiliki kepentingan untuk melindungi dan menjaga sumber daya alam nasional demi generasi-generasi mendatang."
Namun demikian, ia menambahkan bahwa masalah ini tidak bisa selesai hanya oleh satu negara dan memerlukan dialog regional. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa AS terus bekerja sama dengan Indonesia dan negara-negara lain di kawasan secara multilateral -- inilah pentingnya ASEAN.
3. ISIS
Sejauh ini, fokus regional AS dan sekutunya dalam melawan ISIS adalah Timur Tengah dan Afrika. Setelah kemajuan upaya-upaya melawan kelompok tersebut, ISIS menggeser pergerakan ke kawasan Samudra Hindia dan Pasifik.
Indonesia tentu saja tidak kebal dari terorisme dan mengalami sendiri dampak bahaya terorisme, misalnya Bom Bali pada 2002, Bom Sarinah pada 2016, dan Bom Kampung Melayu baru-baru ini.
Dalam beberapa waktu belakangan ini, telah bermunculan upaya terorisme yang mendapat inspirasi ISIS di Malaysia, Bangladesh, dan Filipina. Kejadian baru-baru ini di Filipina, misalnya, terjadi setelah Isnilon Hapilon, pimpinan kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan, diangkat menjadi Amir ISIS untuk kawasan Asia Tenggara.
Para teroris di Marawi menggunakan taktik-taktik pertempuran yang sudah pernah dikenal di Timur Tengah. Serangan Marawi adalah serangan pertama dalam skala besar di kawasan. Menurutnya, jelas terlihat adanya transfer ideologi, sumberdaya, dan cara dari para pejuang asing kepada generasi baru gerakan-gerakan radikal lokal.
Dengan demikian, Marawi harus menjadi penggugah dan penyadar bagi semua bangsa di kawasan Samudra Hindia dan Pasifik.
Tapi, perlawanan terhadap ISIS tidak bisa dilakukan hanya oleh AS ataupun Indonesia, melainkan melalui kerjasama banyak negara. Selama ini, misalnya, kerjasama Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah semakin mendalam dalam membasmi bajak laut di Laut Sulu yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Dalam kesempatan yang sama, Panglima memuji kerjasama yang baik antara Indonesia dan Singapura sehingga mencegah upaya terorisme ISIS di Singapura baru-baru ini.
Advertisement