Liputan6.com, Tokyo - Jepang mengadakan latihan serangan udara pertamanya sejak Perang Dunia II. Langkah itu dilakukan di tengah kekhawatiran akan serangan nuklir oleh Korea Utara.
Seperti dikutip dari BBC, Selasa (8/8/2017), orang-orang di pantai barat laut negara itu mempraktikkan cara mencari perlindungan pasca-uji coba rudal balistik terbaru yang dilakukan Kim Jong-un.
Advertisement
Menurut rekaman video BBC, terlihat orang dewasa dan anak-anak berlari ke dalam rumah atau berlindung di balik dinding saat suara sirene meraung. Sementara sebuah suara terdengar diperkeras melalui loudspeaker mengatakan "Sebuah rudal telah diluncurkan. Berlindung di balik bangunan beton".
Rangkaian latihan tersebut dilakukan usai Korut mengecam sanksi terakhir yang dijatuhkan PBB. Pyongyang menyebut hukuman tersebut adalah sebuah pelanggaran atas kedaulatan dan menantang secara frontal negaranya.
"Kim Jong-un akan membalas dendam 'seribu kali lipat' pada AS dan menuntut 'keadilan yang menentukan' di negeri itu," sambung pihak Korut melalui sebuah pernyataan seraya bersumpah 'tidak akan pernah mundur untuk memperkuat kekuatan nuklir.'
Diktator itu juga berjanji, tak akan pernah melakukan negosiasi mengenai nuklir. "Apalagi jika pemerintahan Amerika Serikat dan ancaman nuklirnya berlanjut".
Korut tersebut mengeluarkan pernyataan pada Senin 7 Agustus, menanggapi sanksi terakhir PBB yang memberlakukan embargo perdagangan senilai US$ 1 miliar terhadap ekspor Korut -- termasuk larangan ekspor bijih besi, besi, timah hitam dan bijih timbal, serta ikan dan makanan laut dari negara tersebut.
Sementara Menlu AS, Rex Tillerson menyarankan agar Amerika terbuka terhadap pembicaraan dengan Kim Jong-un asalkan dia menghentikan program misilnya.
Ambisi Nuklir Korut
Kim Jong-un telah lama dikenal memiliki ambisi untuk mengembangkan senjata nuklir yang mampu menjangkau daratan Amerika Serikat. Uji coba unit ICBM (rudal balistik antarbenua) terbaru menunjukkan bahwa dia sekarang memiliki unit yang mampu melancarkan serangan tersebut.
Kendati demikian belum jelas apakah Korut mengembangkan hulu ledak nuklir yang ukurannya cukup kecil untuk dipasang ke rudal tersebut. Juga belum jelas apakah negara tersebut memiliki teknologi untuk mengerahkan hulu ledak tanpa mengalami disintegrasi di udara.
Sejauh ini, banyak ahli kontrol senjata yakin bahwa Korut akan mengembangkan kemampuan itu dalam beberapa tahun ke depan. Sebuah langkah -- yang menurut Presiden Trump -- 'tidak akan terjadi'.
Saksikan video latihan menyelamatkan diri warga Jepang dari serangan berikut ini: