Anak Pria Dibakar Hidup-Hidup di Bekasi Berpotensi Alami Trauma

Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) akan mengobservasi kondisi psikologis anak pria yang dibakar hidup-hidup di Bekasi.

oleh Edmiraldo Siregar diperbarui 08 Agu 2017, 18:53 WIB
Rumah duka Joya yang tewas dibakar hidup-hidup oleh warga setelah dituduh mencuri amplifier di Musala Al-Hidayah, Babelan, Bekasi. (Liputan6.com/Fernando Purba)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) akan mengobservasi kondisi psikologis anak yang ayahnya dibakar hidup-hidup di Bekasi. Sekjen LPAI Henny Rusmiati mengatakan, dia akan berkunjung ke rumah almarhum M Alzahra atau Joya, Rabu besok, 9 Agustus 2017.

Kedatangannya, untuk memastikan kondisi psikologis anak Joya yang baru berumur 4 tahun. "Kami akan observasi untuk pastikan tingkat trauma anak korban. Memastikan ananda tidak terganggu secara psikis," katanya kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (8/8/2017).

Dia menambahkan, ramainya masyarakat yang berkunjung ke rumah korban, tentunya akan menimbulkan kebingungan bagi si anak. Apalagi, jika dia mengetahui bahwa keramaian itu terkait kematian ayahnya.

"Kalau anak tahu ayahnya meninggal dengan cara seperti itu (dibakar), mungkin dia akan mengalami trauma mendalam. Anak kan punya ketahanan mental berbeda-beda," sebut Henny.

Apalagi, jika si anak sempat diperlihatkan video atau foto ayahnya ketika dikeroyok. Menurut Henny, hal itu bisa mempengaruhi masa depan dan pencapaian anak.

"Ini berhubungan dengan kecenderungan anak untuk meniru lingkungan di sekitarnya. Anak belajar dari apa yang dia lihat sehingga bisa berpengaruh pada sikap dan prilakunya," sebut Henny.

Joya dibakar hidup-hidup di Pasar Muara, Bekasi, 1 Agustus 2017 lalu. Dia dituduh mencuri amplifier dari sebuah musala. Hingga saat ini, polisi telah menangkap sejumlah orang terkait pembakaran tersebut.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya