Liputan6.com, Jakarta Dokter Pejuang Kemerdekaan edisi Rabu (9/8/2017) akan membahas seorang dokter yang berjuang selama perang kemerdekaan di Lampung. Berikut kisah perjuangan dr. Abdul Moeloek setelah kemarin membahas perjuangan dr. Oen dalam rangkaian profil dokter pahlawan yang dipersembahkan tim Health-Liputan6.com untuk merayakan bulan kemerdekaan Indonesia di Agustus ini.
Abdul Moeloek memulai terjun di dunia kedokteran saat berkuliah di STOVIA Jakarta. Lulus dari STOVIA pada 1932 dia tidak langsung ditugaskan ke Lampung, melainkan bekerja di RS Kariadi Semarang.
Advertisement
Mengutip buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional, Moeloek mulai bertugas di bagian pesisir Lampung yakni Krui dan Liwa serta Sumatera Selatan pada 1940-1945.
Pada saat itu, Jepang merekrut banyak penduduk lokal untuk dijadikan romusa. Dengan akal cemerlang, Moeloek punya trik agar warganya tidak menjadi romusa, yakni dengan memberikan surat keterangan sakit.
Peran Moeloek dalam perang kemerdekaan Indonesia pun sangat besar. Pria kelahiran Padang Panjang, 10 Maret 1905 ini bertugas menyuplai obat-obatan saat perang kemerdekaan.
Kebaikan hati serta dedikasinya terhadap profesi dokter terlihat saat perang kemerdekaan. Moeloek turun tangan membantu korban perang tanpa pandang bulu suku bangsa.
Pertempuran Indonesia melawan Belanda saat itu memakan banyak korban. Moeloek yang bertugas di Tanjung Karang meminta tenaga medis bertugas membantu siapa saja, baik tentara Indonesia atau Belanda.
Moeloek menghembuskan napas terakhir pada 1973 pada usia 68 tahun. Walau sudah tiada, nama Abdul Moeloek hingga kini masih akrab di telinga masyarakat Lampung. Namanya diabadikan menjadi Rumah Sakit Daerah Dr. H. Abdul Moeloek yang terletak di Tanjung Karang, Bandar Lampung.