Liputan6.com, Beijing - Angkatan Laut China dilaporkan tengah melakukan serangkaian latihan maritim di Semenanjung Korea. Sejumlah pihak menilai bahwa aksi itu tak hanya sekedar merespons tes rudal Korea Utara, namun juga aktivitas militer Amerika Serikat di kawasan.
China menggelar latihan itu pada Selasa 8 Agustus 2017, kurang dari dua minggu pasca-tes rudal lintas benua (ICBM) Korut teranyar pada 28 Juli lalu. Demikian seperti dilansir News.com.au, Selasa (8/8/2017).
Latihan maritim itu dilaksanakan di Laut Bohai dan Laut Kuning, tepatnya di antara perairan Provinsi Shandong dan Jiangsu. Kawasan perairan itu merupakan secuil dari kawasan maritim Semenanjung Korea.
Dalam latihan tersebut, AL Tiongkok melibatkan lusinan kapal, sejumlah kapal selam, 10 pesawat, dan beberapa pasukan penggempur pesisir pantai. Para pasukan juga melakukan berbagai taktik dan simulasi tempur serta manuver bertahan dan menyerang.
Baca Juga
Advertisement
Pakar menilai bahwa latihan militer itu merupakan ajang unjuk gigi dan penyampaian pesan bagi China terhadap Korea Utara serta Amerika Serikat, khususnya terkait tensi yang terjadi di kawasan.
"Latihan yang dilakukan China merupakan bentuk penyampaian pesan kepada Korea Utara, bahwa Tiongkok efektif jika terjadi konflik terbuka di kawasan," kata Malcolm Davis, analis keamanan dan pertahanan dari Australian Strategic Policy Institute.
Sementara itu, Collin Koh dari Nanyang Technological University Singapura menyebut bahwa latihan militer yang dilakukan China merupakan bentuk penggentaran untuk mencegah konflik terbuka terjadi di kawasan.
Pakar juga menilai bahwa Beijing memiliki peran vital dalam stabilitas di Semenanjung Korea.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi meminta agar seluruh pihak menahan diri dan tidak melakukan tindakan yang mampu meningkatkan tensi di kawasan.
Latihan itu merupakan edisi kedua dalam dua minggu terakhir. Sementara dalam periode yang sama, Korea Utara telah melaksanakan tes rudal jarak jauh teranyarnya pada 28 Juli lalu.
Di sisi lain, Amerika Serikat dilaporkan mengirim 2 pesawat bomber jenis Rockwell B-1 Lancer ke Semenanjung Korea pada Sabtu 29 Juli 2017. Langkah itu dilakukan oleh AS sebagai bentuk respons terhadap uji coba rudal Korea Utara terbaru yang dilaksanakan pada sehari sebelumnya.
"Korea Utara tetap menjadi ancaman utama terhadap stabilitas di kawasan," jelas Jenderal Terrence O'Shaughnessy, komandan US Pacific Air Forces, dalam sebuah pernyataan resmi.
Seakan merespons tes rudal Korut dan aktivitas militer AS di kawasan, Presiden China Xi Jinping memimpin sebuah parade militer besar pada Minggu 30 Juli 2017. Parade militer itu dilaksanakan beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengkritik kegagalan Beijing mengendalikan Korea Utara.
Menurut Kementerian Pertahanan China, lebih dari 100 pesawat terbang dan nyaris 600 jenis persenjataan dipamerkan dalam parade militer tersebut. Nyaris setengahnya baru pertama kali ditampilkan di muka publik.
Dalam sebuah pidato singkat, Xi menyatakan kebanggaannya pada militer negara itu dan menuntut mereka untuk melanjutkan "kesetiaan penuhnya" kepada partai.
Presiden Xi sama sekali tidak menyinggung kicauan Trump. Ia justru fokus pada peran penting PLA mengingat ketegangan berkobar di seluruh dunia.
"Dunia tidak damai dan perdamaian perlu dipertahankan. Militer kita yang heroik memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk melestarikan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan nasional, serta untuk berkontribusi lebih banyak dalam menjaga perdamaian dunia," ujar Presiden Xi.
Saksikan juga video berikut ini