Harga Minyak Tergelincir karena Ekspor OPEC Masih Tinggi

Harga minyak Brent yang menjadi patokan dunia turun 23 sen menjadi US$ 52,14 per barel, apa penyebabnya?

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Agu 2017, 06:00 WIB
Harga minyak Brent yang menjadi patokan dunia turun 23 sen menjadi US$ 52,14 per barel, apa penyebabnya?

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tergelincir ke posisi yang lebih rendah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penurunan harga minyak ini karena beberapa negara anggota organisasi produsen minyak (OPEC) mengalami kenaikan angka ekspor.

Mengutip Reuters, Rabu (9/7/2017), harga minyak Brent yang menjadi patokan dunia turun 23 sen menjadi US$ 52,14 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS berakhir turun 22 sen menjadi US$ 49,17 per barel.

Harga minyak sebenarnya telah berkonsolidasi dalam beberapa terakhir dan mampu menembus level US$ 50 per barel. Namun ternyata posisi tersebut tidak bisa bertahan cukup lama.

"Sepertinya sulit untuk menahan lama agar harga minyak bisa terus berada di atas US$ 50 per barel," jelas konsultan minyak dan gas dari ION Energy, Houston, AS, Kyle Cooper.

"Sebenarnya posisi seperti ini sangat membosankan karena sepertinya harga minyak terus terjebak di antara level US$ 45 per barel hingga US$ 50 per barel," tambah dia.

Ekspor minyak mentah dari OPEC mencapai rekor pada bulan Juli lalu. Sebagian besar karena kenaikan ekspor dari Nigeria dan Libya. Dua negara tersebut memang dibebaskan dari kesepakatan pengendalian produksi sampai dengan Maret 2018.

Pemulihan produksi Libya dan peningkatan produksi secara terus menerus dari Nigeria membuat OPEC kesulitan untuk mengurangi pasokan. Selama ini beberapa negara lain telah berusaha mati-matian untuk mengendalikan produksi tanpa harus banyak mempengaruhi pendapatan negara.

Pejabat dari OPEC dan komite non-teknis OPEC menyatakan bahwa mereka sangat mengharapkan kepatuhan yang lebih besar dari anggota OPEC untuk mematuhi pakta pengendalian produksi. Diharapkan semua bergabung untuk mengurangi 1,8 juta barel per hari dalam memproduksi.

Perusahaan minyak terbesar di Arab Saudi yaitu Saudi Aramco akan memotong alokasi ke pelanggan di seluruh dunia pada September setidaknya mencapai 520 ribu barel per hari.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya