Liputan6.com, Jakarta Dalam pembukaan simposium Internsional Mahkamah Konstitusi se-Asia, Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia, Arief Hidayat mengatakan acara ini bertemakan Mahkamah konstitusi, demokrasi, ideologi dalam masyarakat yang majemuk.
“Tema ini sangat relevan menggingat Indonesia dan negara lain yang mempunyai tingkat keberagaman yang tinggi dalam masyarakatnya,” ujar Arief Hidayat saat memberikan sambutan dalam acara Mahkamah Konstitusi se-Asia, Rabu (9/8/2017) di Universitas Sebelas Maret, Solo.
Advertisement
Bicara keragaman, lanjut Arief, Indonesia memiliki tingkat keberagaman yang tinggi. Indonesia terdiri dari 1128 suku dan 546 bahasa. Terlebih lagi, Indonesia mempunyai perbedaan keyakinan yang beragam.
“Sampai saat ini keragaman tersebut merupakan titik fundamen pendirian negara Indonesia. Walaupun demkian, Indonesia tetap berada dalam bingkai NKRI,” ujar Arief Hidayat.
Ia menegaskan, bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi tonggak konferensi keragaman yang ada di Indonesia. Selain itu, demi menjaga nilai-nilai pancasila, Mahkamah Konstitusi telah dibuktikan melalui beberapa keputusan.
“Sebagai contoh, Mahkamah Konstitusi telah memberikan tafsir konstitusional pada pasal 33 UUD 45. Terutama mengenai frasa penguasaan negara yakni rakyat secara kolektif dikontruksikan oleh UUD 45 yang memberikan mandat kepada negara untuk bisa memberikan kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan kesejahteraan rakyat,” imbuh Areif Hidayat.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga mengatakan hal yang sama. Ia menuturkan bahwa hak setiap warga negara harus dijamin secara konstitusional dan hakim mahkamah konstitusi bisa menjadi penjaga ideologi negara.
“Mengenai hak warga negara konstitusional yang dijamin. Maka dari itu, simposium ini bisa merumuskan dan menjaga ideologi negara,” ujar Ganjar Pranowo saat memberikan sambutan di Universitas Sebelas Maret.
"Pertama terkait dengan hak warga negara konstitusional dijamin dan simposium nanti bisa merumuskan hakim konstiusi untuk menjaga ideologi negara," kata Ganjar.
Selain memberikan pandangan mengenai mahkamah konstitusi, Ganjar juga menyarankan kepada delegasi negara anggota agar bisa merasakan Solo melalui budaya dan makanan.
“Solo adalah salah satu tempat yang memiliki kekayaan budaya di Indonesia. Makanannya enak-enak dan saya berharap para delegasi membawa oleh-oleh khas Solo ke negaranya masing-masing,” ujar Ganjar.
(*)