Liputan6.com, Brebes - Sekitar 55 persen Industri Kecil Menengah (IKM) yang memproduksi garam yodium di Jawa Tengah, dipastikan bangkrut dan tak mampu beroperasi akibat gagal panen. Kegagalan terjadi mulai dari awal tahun 2017 hingga saat ini.
"Di Jawa Tengah ada sekitar 100 IKM produksi garam yodium. Namun, kondisi sekarang ini lebih dari separuhnya sekarang sudah tutup," ucap Peneliti Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Kementerian Perindustrian RI Marihati kepada Liputan6.com, Rabu (9/8/2017).
Ia menjelaskan, bangkrutnya IKM produksi garam yodium di Jawa Tengah, juga terjadi karena menipisnya stok bahan baku garam dari para petani garam.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian RI, sentra produksi garam di Jawa Tengah hanya berada di wilayah pesisir Pantura barat hingga timur (Brebes hingga Rembang). Sedangkan produksi garam yodium sendiri dalam enam bulan belakangan ini terus merosot.
"Khusus di Jawa Tengah, yang semula produksi hingga 400 ton garam yodium per hari, saat ini hanya sekitar 150 ton saja. Jadi, stok dengan permintaan pasar tak sebanding. Makanya berpengaruh dengan harga garam yodium di pasaran yang merangkak naik hingga 300 persen," jelas dia.
Saat ini, kata dia, harga garam yodium di tingkat produsen mencapai Rp 22.500 per 2,5 kg. Padahal, biasanya harga cuman Rp 7.000 saja per kantong berisi 2,5 kg.
"Kalau harga pasarannya lebih dari itu, inilah yang membuat masyarakat mengeluhkan mahalnya garam yodium. Apalagi masyarakat kita tingkat konsumsi garam cukup tinggi. Kalau di rata-rata per orang itu kebutuhan garam yodium sebanyak 3 kg setahun," ungkap dia.
Satu IKM bisa mempekerjakan 10-20 orang. Artinya, dengan banyaknya industri pengolahan garam yodium yang ditutup, maka ratusan orang kehilangan pekerjaan.
Produksi Garam di Bawah Standar
Produksi Garam Yodium Di Brebes di Bawah Standar Nasional
Di sisi lain, IKM produksi garam yodium di Brebes memberi zat yodium pada garam masih di bawah standar dan juga minimnya proses pencucian garam saat produksi.
"Zat yodium pada garam di Kaliwlingi Brebes ini masih banyak yang dibawah standar. Makanya kami datang ke sini membantu mereka memberikan pelatihan, agar meningkatkan kualitasnya hingga berstandar nasional (SNI)," kata dia.
Ia menyatakan, kualitas belasan IKM produksi garam yodium di Brebes secara umum masih di bawah standar nasional.
"Seharusnya hasil produksi garam yodium yang belum SNI tak boleh dijual di pasaran meskipun kemasannya baik. Di sini rata - rata kandungan NaCL garam yodium yang masih rendah," kata Marihati.
Bahkan, hasil uji laboratarium ditemukan, produksi garam IKM Brebes yang dijual untuk dikonsumsi masyarakat, tidak memenuhi standar SNI. "Karena kandungan garam yodium yang kurang 30 ppm," kata dia.
Ia pun memberikan pengarahan kepada pelaku IKM garam yodium agar memperhatikan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain itu, juga proses produksi garam yang memenuhi standar operasional prosedur.
"Karena bahaya produksi garam yang tidak sesuai standar akan berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, karena dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan garam beryodium," bebernya.
Sementara itu, akibat Kelangkaan garam dalam beberapa hari ini tidak kurang dari 2 ton ikan hasil tangkapan nelayan pantura mulai membusuk akibat sulitnya mendapatkan bahan tersebut sebagai pengawetan ikan.
"Untuk pengawetan sebenarnya bisa menggunakan formalin, tapi untuk dikonsumsi masyarakat dampaknya berbahaya," ucap Darmo (40) seorang nelayan di Tegal.
Advertisement