Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan warga Inggris berhasil beralih dari rokok konvensional (yang terbuat dari tembakau) ke vape (rokok elektrik). Cara ini terbukti efektif sejak dilakukan pada 2013, menurut data terakhir dari Ernst&Young. Walaupun penelitian soal vape sedikit, tren peralihan dari rokok konvensional ke vape semakin tampak.
Baca Juga
Advertisement
Kini, dari 100 orang di Inggris, 70 persen di antaranya sudah bisa berhenti merokok (konvensional). Namun, apakah penggunaan vape aman 100 persen?
"Kalau soal aman atau tidak, ya itu sepanjang vape terstandardisasi dengan baik. Isinya (bahan-bahan cairan vape) yang diketahui secara jelas, food grade (bahan pembuatan tidak akan memindahkan atau mentransfer senyawa yang beracun). Food grade juga berarti ketika cairan vape dipanaskan, tidak memunculkan zat berbahaya lain yang akan terhirup," kata Amaliya dari Academic Leadership Grant Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.
Alat vape juga harus terbukti aman. Sejauh ini, vape terbukti aman digunakan di negara-negara maju, lanjut Amaliya, yang juga tergabung di Yayasan Pemerhati Kebijakan Publik (YPKP) saat ditemui usai acara "Diskusi Panel Potensi Alternatif Produk Tembakau" di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta pada Rabu (9/8/2017).
Di sisi lain, penelitian soal vape memerlukan waktu yang lebih banyak. Di YPKP, penelitian vape yang akan dilakukan pada satu bulan ke depan berupa meneliti perbandingan organ di rongga mulut (gigi, gusi). Bagaimana jaringan rongga mulut antara perokok konvensional, perokok vape, dan bukan perokok? *
Simak video menarik berikut ini: