Drama Perjuangan Ibu Hamil Dapatkan Kursi di KRL

Ibu hamil kerap berdiri di KRL sepanjang perjalanan karena tak satu pun penumpang memberi kursi.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 10 Agu 2017, 11:31 WIB
Penumpang KRL

Liputan6.com, Jakarta Keberadaan ibu hamil di KRL Commuterline kadang menjadi momok tersendiri bagi penumpang yang sudah nyaman di dalam kereta yang penuh sesak. Padahal mereka masuk dalam daftar penumpang khusus yang berhak mendapat kursi prioritas.

Namun, tak jarang banyak penumpang yang mengabaikan permintaan ibu hamil ketika dimintai tempat duduk. Kadang, mereka pura-pura tidur atau sibuk bermain ponsel sehingga seolah tak mendengar permintaan ibu hamil tersebut.

Saya pun pernah mengalami hal serupa saat menaiki KRL dari Stasiun Karet menuju Stasiun Citayam. Ketika itu, KRL penuh sesak karena memang saat jam sibuk.

Sekitar pukul 17.00 WIB, saya yang tengah hamil 3 bulan naik KRL jurusan Bogor dari Stasiun Karet. Namun, kursi prioritas rupanya sudah penuh dengan ibu hamil dan ibu yang membawa balita. Sehingga, harus mencari tempat duduk di kursi biasa.

"Maaf boleh saya minta tempat duduk, saya sedang hamil," pinta saya kepada penumpang lain.

Namun, permintaan saya diabaikan oleh sederet penumpang laki-laki dan perempuan yang duduk di kursi biasa. KRL pun mulai jalan dan saya harus menahan badan dari guncangan, padahal saat itu kondisi saya sedang lemas karena pusing dan mual.

Saya pun terus berjalan berupaya mencari tempat duduk dari deretan kursi satu ke deretan lainnya di tengah padatnya penumpang yang berdiri.

Beruntung, setelah beberapa lama mencari kursi, ada seorang wanita muda baik hati yang bersedia memberikan kursinya untuk saya.

Perempuan hamil adalah salah satu penumpang prioritas Commuterline (Liputan6.com/Andri Haryanto)

Peristiwa semacam ini kerap saya jumpai ketika berangkat dan pulang bekerja. Hal ini membuat saya berkecil hati untuk naik KRL ketika akan bekerja.

Beruntung, setelah peristiwa penolakan itu terjadi berulangkali, suami saya bersedia menemani saat naik KRL ketika pulang dan pergi bekerja.

Kali ini, giliran suami yang bersusah payah mencarikan kursi untuk saya. Namun, peristiwa yang sama terus berulang. Bahkan, permintaan suami kepada penumpang lain untuk memberikan kursi kepada saya ditolak oleh seorang laki-laki muda yang sudah duduk nyaman di KRL.

"Untuk ibu hamil kursinya ada di sana," ujar penumpang laki-laki itu sambil menunjuk kursi prioritas yang berada di sudut gerbong.

Padahal saat itu, kursi prioritas sudah penuh dengan ibu hamil dan lansia. Sehingga, saya dan suami saya harus memecah padatnya penumpang yang berdiri untuk mencari kursi.

Kemudian, di hari yang lain saat KRL disesaki penumpang, seorang wanita muda yang baru saja mendapat tempat duduk di tengah perjalanan menuju Stasiun Bogor, mengucapkan pernyataan yang membuat saya risih.

"Syukurlah dapat tempat duduk, tapi kalau tiba-tiba ada ibu hamil masuk, itu tuh yang bikin sebel," kata dia kepada temannya.

Sulitnya mendapat kursi untuk ibu hamil, tidak hanya dirasakan oleh saya. Suatu sore, seorang ibu yang tengah hamil besar naik dari stasiun Sudirman. Dia pun meminta kursi pada penumpang lain agar bisa duduk. Namun, permintaannya pun diabaikan oleh penumpang lainnya. Sehingga dia rela berdiri di dalam commuterline sepanjang perjalanannya.

KRL Commuterline dipenuhi penumpang (Liputan6.com/Nila Chrisna)

Seorang pengguna KRL lainnya bernama Andry pun pernah menjumpai ibu hamil yang kesulitan mendapat tempat duduk.

Andry menuturkan, pada Senin 7 Agustus 2017 lalu, dia melihat seorang ibu hamil naik KRL jurusan Depok-Jakarta Kota. Dia berjalan gontai mencari kursi dari ujung gerbong ke ujung lainnya. Bahkan, dia harus berpindah gerbong untuk mencari kursi, tapi tak kunjung dapat.

Di dalam kereta, Petugas Pelayanan Kereta (PPK) sudah berulang kali memberitahukan penumpang untuk rela memberikan tempat duduknya kepada penumpang prioritas seperti lanjut usia, ibu hamil, difabel, serta ibu dan balita melalui pengeras suara.

Juru bicara PT Kereta Commuterline Jabodetabek, Eva Chairunisa, menyayangkan adanya penumpang yang belum memiliki kesadaran untuk bertransportasi publik dengan baik.

"Imbauan sudah ada untuk kursi prioritas sendiri selain pemasangan signage, juga di sosialisasikan melalui announcer yang ada di KRL secara rutin menghimbau terkait kursi prioritas tersebut," ujar Eva kepada Liputan6.com.

Eva pun meminta penumpang bekerja sama untuk mengikuti aturan dan bertoleransi dengan penumpang lainnya saat menggunakan transportasi publik KRL.

"Apabila ada kondisi demikian seperti pura-pura tidur atau lainnya pengguna dapat melaporkan pada petugas pengawalan KRL yang ada di rangkaian, agar petugas tersebut dapat langsung menangani hal itu," tandas Eva.

Saksikan video di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya