PBNU: Full Day School Akan Matikan Nasib Guru Madrasah

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menolak keras program sekolah lima hari atau full day school (FDS) diterapkan di pesantren-pesantren.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 11 Agu 2017, 07:44 WIB
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menolak keras program sekolah lima hari atau full day school (FDS) diterapkan di pesantren-pesantren. Menurut dia, konsep FDS sangat bertolak belakang dengan pesantren dan dapat mematikan nasib guru madrasah.

"Kami dari NU (Nahdlatul Ulama) menolak keras. Tidak ada kompromi tidak ada dialog, pemerintah harus segera mencabut permen (peraturan menteri) sekolah lima hari. Karena itu akan menggusur madrasah diniyah yang dibangun oleh masyarakat, gurunya dihonor oleh masyarakat yang jumlahnya 76 ribu se-Indonesia," tegas Said di kantor PBNU, Jalan Kramat, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017).

Said menambahkan, tidak ada komunikasi terhadap pembahasan soal FDS, untuk siapa pun yang mengundangnya.

"Kalau saya diundang membahas sekolah lima hari saya tidak akan datang," tegas dia.

FDS dalam pemaparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy adalah untuk penguatan karakter siswa. Baik itu yang bersekolah di sekolah umum maupun madrasah. Namun begitu, Said menilai penguatan karakter sudah tepat menggunakan konsep pesantren pada umumnya.

"Kalau penguatan karakter ya pesantren udah paling efektif dan NU dengan pesantren sudah terbukti nyata," lanjut dia.

Lebih lanjut, soal penolakan ini, dijelaskan Said tidak ada irisannya terhadap politik. Dukung mendukung NU kepada Joko Widodo di Pilpres 2019 tidak berdasar faktor penolakan terhadap program pemerintah full day school.

"Kalau ini tetap diterapkan Kita tidak ikut aturan itu, tapi ini bukan hal dukung mendukung ya, ini bukan politik," Said memungkasi.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya