Liputan6.com, Caracas - Baru-baru ini, sebuah serangan siber besar-besaran melanda Venezuela. Situs resmi milik pemerintah lumpuh, sehingga warga pun tak dapat mengakses layanan masyarakat di dunia maya.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (11/8/2017), awal pekan ini, sekitar tujuh juta warga Venezuela tak bisa menggunakan telepon seluler.
Sebuah kelompok yang menamai dirinya The Binary Guardians mengaku bertanggung jawab atas serangan yang telah melumpuhkan situs-situs pemerintah, pengadilan tinggi, dan Majelis Nasional.
Baca Juga
Advertisement
"Tindakan siber yang mempengaruhi platform GSM Movilnet pada Rabu membuat tujuh juta dari 13 juta pengguna layanan komunikasi kehilangan jaringan," ujar Hugbel Roa, Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Venezuela.
Di Venezuela sendiri, ada dua operator milik swasta, yaitu Movistar dan Digitel milik Spanyol.
Hugbel mengatakan, lumpuhnya jaringan komunikasi di negeri tersebut akibat gelombang serangan yang dilancarkan kelompok tak bertanggung jawab. Beberapa situs besar yang diretas tak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik swasta.
Hugbel juga mengatakan, ada sembilan kerusakan jaringan serat optik di Venezuela yang dirusak, sehingga memutus layanan internet ke tujuh negara.
Jaringan serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
Menanggapi hal ini, Hugbel Roa melihat ada campur tangan asing dan oknum yang ingin mengganggu kestabilan negara.
"Serangan dilakukan dengan bantuan agen asing. Ada yang mencoba mengganggu koneksi negara kami," kata Hugbel.
Untuk itu, Hugbel mengatakan bahwa pemerintah di negaranya tengah menyelidiki serangan siber yang beberapa hari ini mengganggu aktivitas warga.
Saksikan video menarik berikut ini: