4 Bentrokan Anggota TNI-Polri yang Berawal dari Jalan Raya

Meski dipukul dan motornya ditendang oleh anggota TNI tersebut, Yoga tetap tidak melawan dan berusaha tenang.

oleh M Syukur diperbarui 12 Agu 2017, 11:02 WIB
Kepolisian dibantu TNI melakukan pengamanan berlapis pasca kerusuhan LP Bentiring Bengkulu pasca kerusuhan pada kamis sore (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Pekanbaru - Bentrokan TNI-Polri kembali terjadi. Video berdurasi 60 detik mendadak viral di beberapa akun Instagram, Kamis malam, 10 Agustus 2017. Video itu memperlihatkan seorang aparat berbaju dinas hijau mengamuk dan menghardik polisi lalu lintas (polantas) Polresta Pekanbaru yang juga memakai baju dinas serta berompi hijau.

Hanya saja ketika itu, pria berbaju dinas hijau tadi langsung mengejar Bripda Yoga dan menabrak motornya dari belakang.

"Setelah memukul helm (kepala) Bripda Yoga empat kali, Anggota TNI tersebut bernama Wira Sinaga pangkat Serda dinas di Korem," tulis Santo dalam keterangannya kepada wartawan.

Meski dipukul dan motornya ditendang, Yoga tetap tidak melawan dan berusaha tenang. Santo memberikan apresiasi kepada anggotanya itu dan mengatakan, "Sabar itu indah".

Bukan kali itu saja, bentrokan TNI-Polri terjadi. Pemicunya gara-gara tak terima ditilang. Berikut beberapa kasus keributan anggota TNI versus polisi di berbagai daerah yang pernah menggegerkan publik.


Insiden di Bekasi

Polisi yang dipukuli Serda Wira mengaku tak pernah menegur anggota TNI itu. (Liputan6.com/M Syukur)

Lantaran ditilang polantas, Sersan Kepala (Serka) BEP nekat melampiaskan kemarahannya dengan mengamuk dan merusak Pos Polisi (Pospol) Pondok Gede. Akibat ulahnya itu, sejumlah barang-barang di dalam pospol, seperti AC dan televisi hancur berantakan.

Kerusuhan bermula saat anggota TNI itu pulang belanja sayuran bersama sang istri di Pasar Pondok Gede. Saat melintas di Jalan Raya Hankam, anggota TNI itu terkena tilang karena tak memakai helm.

BEP sempat menolak ditilang dan menunjukkan surat kepemilikan motornya ke polisi. Dia juga tak memberitahu bahwa dirinya berdinas di TNI AL.

Usai ditilang BEP kembali ke rumahnya, dan mengambil kartu anggota TNI AL dan kembali lagi ke pos polisi. Saat BEP kembali, pos polisi sedang dalam keadaan kosong.

BEP yang telanjur emosi mengetahui pos polisi dalam keadaan kosong langsung memecahkan kaca depan pos. Tak puas dengan memecahkan kaca, dia masuk ke dalam pos dan merusak TV dan AC yang ada di dalamnya.

Warga yang melihat kejadian tersebut tidak berani mendekat dan hanya melihat dari kejauhan, karena takut jadi sasaran pelaku yang sudah gelap mata. Setelah puas melampiaskan amarahnya, BEP kemudian pergi.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama M Zainudin, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Menurut dia, BEP sudah meminta maaf atas insiden perusakan pos lalu lintas, langsung ke Kapolsek Pondok Gede Kompol Sukadi.

"BEP sudah mengakui perbuatannya dan berjanji akan memperbaiki pos polisi seperti semula lagi," ucap Zainudin, Selasa, 13 Februari 2016.


Insiden di Karawang

Serda Wira, anggota TNI yang pukuli polisi di Pekanbaru, pernah jalani hukuman 1 bulan 20 hari pada 2015. (Liputan6.com/M Syukur)

Puluhan anggota TNI Angkatan Darat (AD) terlibat bentrok dengan anggota Brimob di Karawang, Jawa Barat, Selasa, 19 November di 2013.

Menurut anggota Polres Karawang yang enggan disebutkan namanya, insiden itu terjadi saat anggota TNI Praka Edi yang tak memakai baju dinas, tidak terima ditegur anggota Brimob Jawa Barat Bripka Welly.

"Penyebab keributan, Praka Edi merasa tidak terima ketika ditegur oleh Bripka Wely saat Praka Edi melihat Bripka Wely dengan muka sinis. Akhirnya ribut mulut dan terjadi pemukulan terhadap Praka Edi," ucapnya.

Selanjutnya, kata dia, permasalahan keributan itu dilerai oleh anggota Brimob lainnya. Permasalahan pun diselesaikan dengan musyawarah di ruang tunggu Bupati lantai 2 Kantor Pemda.

Namun ternyata, Praka Edi masih tidak terima dengan pemukulan Bripka Wely. Ia bersama puluhan anggota TNI lainnya menyerang anggota polisi yang tengah melakukan penjagaan demonstrasi buruh.

Akibat bentrokan, delapan polisi mengalami luka-luka dan kerusakan terjadi di sekitar lokasi kejadian. Sepuluh kendaraan rusak. Di antaranya tiga mobil dan tujuh motor. Selain itu, pos polisi depan Mega Mal Karawang hancur.


Insiden di Pekanbaru

Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meninjau pasukan TNI dan Polri saat apel kesiapsiagaan pengamanan tahap kampanye Pilkada Serentak 2017 di Silang Monas, Jakarta, Rabu (2/11). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Bermula dari seorang adik salah satu anggota TNI yang terkena razia di Jalan Diponegoro, Kota Pekanbaru, tepatnya di depan kediaman Gubernur Riau, anggota TNI nyaris baku hantam dengan polisi.

Saat itu, anggota TNI tak terima adiknya ditilang. Tentara itu kemudian menanyakan surat tugas razia, namun polisi tak mau menunjukkannya.

Saksi mata yang ada di lokasi menceritakan, ketika itu personel TNI datang berpakaian dinas berjumlah sekitar delapan orang meminta sepeda motor adik seorang di antara itu untuk dilepaskan, tapi polisi menolak.

"Cekcok terjadi, lalu oknum prajurit TNI secara tampilan fisik jauh lebih besar dan berisi ini menantang para polisi berkelahi. Namun, mereka semua diam, walaupun sudah berkali-kali polisi-polisi itu ditunjuk-tunjuk dengan tangan kiri," ujar saksi yang merupakan pedagang minuman di sekitar lokasi, 7 April 2016.

Karena tak ditanggapi, kemudian seorang anggota TNI mengancam akan menghubungi markas dan berjanji akan menghadirkan satu kompi lagi guna mendatangi Jalan Diponegoro. Merasa terancam, polisi lalu menyerahkan kunci motor kepada pemiliknya dan membiarkan mereka pergi.


Insiden di Jakarta

Angga Kusuma, anggota TNI AU berpangkat prajurit dua (Prada) diduga menganiaya dua polisi lalu lintas (Polantas) di Kalideres, Jakarta Barat, Selasa siang.

Korban adalah Kepala Unit Lalu Lintas Polsek Metro Kalideres Ajun Komisaris B Silalahi. Dugaan penganiayaan itu dipicu emosi Prada Angga, karena sepeda motor yang ditumpangi diberhentikan anak buah AKP Silalahi, Aiptu Edi Siswanto.

"Prada Angga Kusuma dan adiknya Pujianto berboncengan menggunakan sepeda motor, tanpa dilengkapi dengan surat kendaraan dari Tangerang mengarah Jakarta," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono kepada Liputan6.com, Selasa, 7 Juni 2016.

"Setibanya di lampu merah samping Polsek Kalideres, Aiptu Edi memberhentikan motor tersebut, dengan meminta (Angga) untuk mengeluarkan surat surat," dia menambahkan.

Namun, Prada Angga menolak dan mengaku sebagai anggota TNI. Aiptu Edi pun meminta Prada Angga membuktikan dirinya aparat penegak hukum, dengan menunjukkan kartu tanda anggota (KTA).

Tapi lagi-lagi Prada Angga menolak. Lantas, Aiptu Edi mematikan mesin dan mengambil kunci sepeda motor anggota TNI AU tersebut.

"Atas perbuatan tersebut, Prada Angga tidak terima dan langsung memukul Aiptu Edi dengan tangan kosong, mengenai pipi sebelah kanan dan mengeluarkan darah," kata Awi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya