Liputan6.com, Jakarta Sekitar 100 pengusaha dan 28 pemilik brand nasional dan internasional tercengang mendengar presentasi Menteri Pariwisata Arief Yahya di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, (10/8/2017).
"Dulu, kita kalah dari Truly Asia Malaysia dan Amazing Thailand! Bahkan orang Indonesia sendiri tidak mengenal Wonderful Indonesia!" ujar Arief.
Advertisement
Di acara Co-Branding Wonderful Indonesia itu, ia menggambarkan kalau dulu brand pariwisata nasional itu tidak terdaftar, not available.
"Saking buruknya! Tapi itu dulu, sekarang kalian semua boleh berbangga, Wonderful Indonesia sudah sejak 2015 lalu menyalip dua rival kita itu. Kita naik fantastis di peringkat 47 dunia, Malaysia di 96, Thailand 83," ucap Arief, yang disambut tepuk tangan riuh.
Sejak itu, Menpar Arief ngebut mengejar branding dengan memenangi semua kompetisi pariwisata dunia. Pada 2016 saja menjuarai 46 event di 22 negara. Sementara itu, tahun ini berhasil merebut juara di 11 events di 6 negara.
"Kemenangan itu bukan kebetulan, kemenangan itu direncanakan," kata Arief, yang lagi-lagi disambut tepuk tangan.
Tahun 2016, lanjut dia, pariwisata Indonesia termasuk Top 20 yang pertumbuhannya paling cepat di dunia. Naik 22,4 persen, jauh melebihi Malaysia, Thailand dan Singapura yang tidak sampai 5 persen. Hanya Vietnam satu-satunya negara ASEAN yang sama bertumbuh cepat, yaitu 24 persen.
"Karena itu, dalam CEO Message saya sudah tulis, waspadai pertumbuhan Vietnam," ujar Arief.
Di era sekarang, imbuh dia, bukan yang besar menggilas yang kecil, tetapi yang cepat meninggalkan yang lambat.
"Kelemahan kita saat ini adalah birokrasi yang lambat dan menjerat-jerat diri kita sendiri! Solusinya, belajar dari Jepang dan Vietnam, lakukan deregulasi! Beri kemudahan orang berinvestasi, seluas-luasnya dan semudah-mudahnya," ucap Arief. Lagi-lagi para pengusaha bertepuk tangan.
Para pengusaha pun semakin yakin berkolaborasi dengan Kemenpar. Di forum itu, 28 brand nasional dan internasional akhirnya resmi menandatangani Momerandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Pariwisata. Semua berkolaborasi, menyatukan kekuatan untuk menyandingkan dan mempromosikan Wonderful Indonesia (WI) dan Pesona Indonesia (PI) di produk-produk yang dipasarkan.
"Co-branding akan menargetkan 100 brand hingga akhir tahun 2017, terdiri dari premium produk yang memiliki daya beli tinggi dan produk-produk yang menggunakan bahan dasar dari Nusantara," kata Arief.
Menteri lulusan Surrey University tersebut mempunyai alasan kuat dalam menggandeng ke-28 brand ternama tersebut. Tujuannya, apa lagi kalau bukan memperkuat brand Wonderful Indonesia dan juga memperkokoh spirit Indonesia Incorporated.
Cara efektifnya, tentu dengan menggandeng merk-merk ternama, yang sudah dikenal luas oleh pasar. Semua brand top tadi diajak bersama-sama mempromosikan Wonderful Indonesia untuk disandingkan dengan brand masing-masing.
"Itu sudah dicoba dengan beberapa produk, dan hasilnya sukses!," ujar Arief.
Apresiasi tinggi langsung dilayangkan Menpar kepada merk-merk yang mau diajak berkolaborasi dengan Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Apalagi, semangatnya dilandasi spirit Indonesia Incorporated.
“Kita menyadari, Kemenpar ini kan terbatas budget promosinya. Karena itu dibutuhkan co-branding, kolaborasi, dan sinergi seluruh elemen bangsa dalam kerangka Indonesia Incorporated,” kata Menpar Arief Yahya.
Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, menambahkan bahwa ke-28 brand terkenal itu sudah memenuhi tiga persyaratan yang telah ditetapkan.
"Semuanya telah memenuhi tiga kriteria utama, seperti premium product, produk Indonesia, serta memiliki jaringan distribusi nasional dan internasional," ujar Esthy.
Ia menambahkan, nantinya co-branding ini akan dilakukan secara periodik per tiga bulan. Harapannya, jumlahnya akan terus bertambah.
"Ini bukti kolaborasi Indonesia Incorporated antara pemerintah dan kalangan bisnis berjalan dengan baik. Semua dilandasi dengan spirit hari Kemerdekaan ke-72 yang sarat nasionalisme," ujarnya.
(*)