Liputan6.com, New Jersey - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan peringatan pada Korea Utara: untuk tidak mengusik Guam.
"Korut akan menghadapi masalah yang sangat, sangat besar jika sesuatu terjadi pada teritori AS di Guam," kata dia, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (12/7/2017).
Korea Utara mengancam akan menembakkan empat rudal Hwasong-12 ke Guam. Tinggal menunggu instruksi Kim Jong-un.
Bicara di resor golf miliknya di Bedminister, New Jersey, Trump menjanjikan, Guam akan aman. "Percaya padaku," tambah miliarder nyentrik itu.
Baca Juga
Advertisement
Trump juga menyampaikan pendapatnya soal pemimpin Korut, Kim Jong-un, yang menurut dia, tak sadar dengan apa yang dilakukannya.
"Jika ia terus-menerus mengeluarkan ancaman... atau tak menghormati Guam dan wilayah kedaulatan Amerika lainnya, juga teritori sekutu AS, ia akan menyesalinya," kata Trump, seperti dikutip dari CNN.
Donald Trump mengaku telah bicara dengan Gubernur Guam, Eddie Baza Calvo, juga Presiden China Xi Jinping, membahas tentang meningkatnya ketegangan dengan Korut.
Trump juga mengungkapkan, ia mempertimbangkan sanksi baru "yang sangat kuat" terhadap Pyongyang.
Di tempat terpisah, Gubernur Guam, Eddie Baza Calvo mengunggah rekaman audio pembicaraannya dengan Donald Trump dan Kepala Staf Kepresidenan John Kelly di Facebook.
"Keduanya meyakinkan saya bahwa orang-orang di Guam aman," tulis Calvo.
"Kata-kata yang diucapkan presiden adalah jaminan, mereka '1.000 persen' di belakang kami."
Calvo menambahkan, sebagai kepala pemerintahan Guam, dia mengapresiasi upaya petinggi di Washington DC untuk meyakinkan, semua orang di pulaunya akan aman.
Diperkirakan, rudal yang ditembakkan Korut akan jatuh di perairan dekat Guam. Penasihat Keamanan George Charfauros mengatakan, hanya memakan waktu 14 menit bagi misil Korut untuk mencapai pulau yang juga jadi lokasi pangkalan militer AS.
Sementara itu, Jepang telah mengerahkan sistem pertahanan misil berbasis darat PAC-3 di empat prefektur yang dilintasi rudal Korut.
Korut Balas Menuding AS
Pada Jumat, 11 Agustus 2017, kantor berita Korea Utara, KCNA, menuding Washington DC sedang berupaya melakukan kejahatan, "memicu bencana nuklir di Korea".
Corong pemerintah Pyongyang itu juga menuduh AS melakukan "upaya putus asa" untuk menguji persenjataannya di Semenanjung Korea.
"AS adalah dalang ancaman nuklir, penyulut perang nuklir yang kejam dan fanatik," demikian diungkap KCNA.
Dari Moskow, Pemerintah Rusia mengatakan, saling ancam antara Washington DC dan Pyongyang sangat mengkhawatirkan mereka.
Menlu Rusia, Sergei Lavrov menyebut, risiko konflik militer saat ini sangat tinggi.
Sementara itu, Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan, eskalasi retorika adalah "jawaban salah" atas ketegangan yang terjadi.
Media China Global Times menulis dalam editorialnya, bahwa Beijing akan tetap bersikap netral jika Korut melancarkan serangan yang mengancam AS.
Namun, China menegaskan, jika AS dan Korsel menyerang Korut, untuk memaksakan pergantian rezim, Tiongkok akan ikut campur untuk mencegahnya.
Saksikan juga video menarik berikut ini: