Anugerah Negeri di Atas Awan

Masyarakat percaya anak gimbal bukan sekedar anak mereka sendiri tetapi ia adalah titipan dewa.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 14 Agu 2017, 05:11 WIB

Liputan6.com, Dieng - Selain limpahan hasil bumi Dieng juga menyimpan kisah fenomenal. Cerita soal bocah-bocah berambut gimbal. Bukan faktor genetik apalagi turunan. Tak ada orang yang bisa memprediksi kapan dan anak siapa yang bakal berambut gimbal.

Hanya saja mereka punya kesamaan. Sebelum rambut terpilin, anak-anak ini demam tinggi disertai kejang dan juga mengigau. Rambut menggumpal atau disebut gimbal biasanya akan terlihat tumbuh saat anak berusia belum tiga tahun.

Dari sisi medis, fenomena ini sulit dijelaskan. Dalam kehidupan sehari-hari seorang anak berambut gimbal tidak berbeda dengan anak lain seusianya. Bermain bersama adalah upaya meraih bahagia. Layaknya anak-anak lain. Namun, anak gimbal cenderung lebih aktif dibandingkan anak lainnya.

Masyarakat percaya anak gimbal bukan sekedar anak mereka sendiri tetapi ia adalah titipan dewa. Apa yang diinginkan harus selalu di turuti. Ketika sebuah permintaan tidak dipenuhi gimbalnya akan tumbuh kembali.

Komplek Candi Arjuna jadi saksi penyucian sembilan anak gimbal tahun ini. Tempat suci yang dikhususkan hanya untuk kaum Brahmana dan kesatria pada masa Hindu abad ke- 7 hingga 16 masehi.

Munculnya anak-anak berambut gimbal membawa berkah. Kepercayaan yang terpelihara sejak Kyai Kolo Dete dan istrinya Nini Roro Rence mendapat wahyu dari ratu pantai selatan.

Pasangan ini ditugaskan membawa masyarakat Dieng menuju kesejahteraan. Gimbal sejatinya adalah anugrah bukan musibah atau kutukan.

Simak selengkapnya video Anugerah Negeri di Atas Awan yang ditayangkan Potret Menembus Batas (14/8/2017) di atas artikel ini. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya