Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghadapi kritik keras. Hal itu terjadi setelah ia secara tidak tegas mengecam aksi supremasi kulit putih dalam demo Virginia, tepatnya di Charlottesville, yang sarat dengan aksi kekerasan dan menewaskan satu orang.
Dalam pernyataannya, Trump mengutuk bahwa aksi protes itu sangat sarat akan kebencian, fanatisme, dan kekerasan dari kedua belah pihak.
Advertisement
"Kebencian dan perpecahan harus dihentikan sekarang juga," ujar Donald Trump di New Jersey pada 12 Agustus 2017.
"Kita harus bergabung bersama sebagai warga Amerika, didasari cinta pada bangsa," imbuh dia.
Respons Trump yang tak secara tegas mengutuk supremasi kulit putih itu menuai kritik. Dilaporkan dari The Guardian, tak hanya dari Partai Demokrat, Partai Republik yang mengusung namanya juga mengomentari pernyataan Trump tersebut.
Senator Republikan, Marco Rubio, merupakan salah seorang yang menyerukan Trump untuk mengutuk apa yang terjadi di Charlottesville secara terang-terangan.
"Sangat penting bagi negara untuk mendengar @potus (Donald Trump) mendeskripsikan kejadian di #Charlottesville secara terus terang, serangan teror dari #supremasikulitputih," tulis Marco Rubio dalam Twitter.
Hal senada juga disampaikan oleh senator Republikan lainnya, Cory Gardner. "Pak Presiden -- kita harus menyebut kejahatan itu dengan namanya. Mereka adalah supremasi kulit putih dan ini adalah terorisme domestik," tulis dia.
Seruan terhadap Donald Trump juga diungkapkan sejumlah anggota Partai Demokrat.
"Bukan hal yang berlebihan untuk meminta presiden yang secara eksplisit mengutuk Nazi," tulis Brian Schatz di Twitter.
Dalam sebuah pernyataan, senat Partai Demokrat lainnya, Chuck Schumer, mengatakan bahwa unjuk rasa Charlottesville bertentangan dengan semua nilai Amerika.
"Sampai akhirnya @potus secara khusus mengecam tindakan sayap-kanan di Charlottesvilee, ia belum selesai melakukan pekerjaannya," tulis Schumer di Twitter.
Publik juga menyoroti kicauan Ivanka Trump yang dengan lebih tegas mengutuk supremasi kulit putih setelah bentrok demo Virginia terjadi.
"Tak ada tempat di masyarakat untuk rasisme, supremasi kulit putih, dan neo-Nazi," tulis Ivanka dalam Twitter.
Dibela Gedung Putih
Merespons hal tersebut, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan pada 13 Agustus 2017 waktu setempat, bahwa respons Trump atas unjuk rasa itu juga ditujukan untuk supremasi kulit putih.
"Presiden mengatakan sangat keras dalam pernyataannya kemarin, bahwa ia mengutuk semua bentuk kekerasan, fanatisme, dan kebencian. Tentu saja itu termasuk supremasi kulit putih, KKK, neo-Nazi, dan semua kelompok ektremis," ujar Gedung Putih seperti dikutip dari BBC, Senin (14/8/2017).
Dalam unjuk rasa yang terjadi sejak 12 Agustus 2017 itu, seorang perempuan tewas ketika sebuah mobil menabrak para pengunjuk rasa dari di Charlottesville. Pelaku diduga berasal dari kelompok supremasi kulit putih.
Kelompok supremasi kulit putih mengadakan demonstrasi bertajuk "Unite the Right" demi menentang keputusan kota untuk menurunkan patung Robert E Lee di Charlottesville -- komandan militer Konfederasi Amerika (CSA) pada masa Perang Sipil AS (1861-1865).
Perang Sipil AS (1861-1865) merupakan peperangan antara AS (negara bagian di utara) dengan CSA (negara bagian selatan). Konflik bersenjata itu disebabkan perbedaan pandangan pada isu perbudakan.
Pada saat itu, AS di negara bagian di utara menentang perbudakan, sementara CSA mendukung perbudakan. Selisih pandangan itu membuat negara bagian yang berada di selatan, salah satunya Virginia, membentuk negara Konfederasi.
Sementara itu, kelompok demonstran oposisi berusaha menentang aksi protes yang dilakukan oleh kubu supremasi kulit putih dalam demo Virginia. Kubu oposisi menganggap bahwa aksi yang dilakukan kelompok supremasi seakan membangkitkan kembali memori Perang Sipil dan isu rasialisme.
Simak video berikut ini: