Liputan6.com, Jakarta Emansipasi wanita mungkin sudah jadi kata-kata yang tidak asing lagi. Perempuan masa kini memang punya hak untuk tetap berkarya walau sudah menikah dan memiliki anak.
Lihat saja sudah banyak contoh perempuan-perempuan berkeluarga namun pada saat yang bersamaan juga sukses dengan karier yang dijalaninya.
Sah-sah saja jika ingin jadi ibu berkarier, bukan sebuah kejahatan. Tapi, simak dulu tantangan yang harus dihadapi seperti dikutip dari DuitPintar.com.
1. Harus berpikir dua kali jika dinas ke luar kota atau luar negeri
Bagi seorang perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak usia balita, tetap mempertahankan karier sudah pasti tidak mudah. Akan banyak dilema, salah satunya saat ada penugasan untuk dinas ke luar kota atau bahkan luar negeri.
Dengan tanggung jawab sebagai seorang istri, ibu muda, dan juga karyawan, working mom jelas harus berpikir ulang saat menerima tugas dinas. Sebab buah hati masih membutuhkan perhatian yang besar. Sementara di sisi lain, pekerjaaan juga membutuhkan Anda.
Advertisement
2. Waktu lembur jadi terbatas
Seorang working mom juga pasti lebih memilih untuk menyelesaikan semua pekerjaan secepat mungkin. Alasannya supaya bisa pulang tepat saat jam kerja berakhir dan bertemu dengan sang buah hati.
Motivasi membagi waktu antara pekerjaan dan tugas sebagai seorang ibu seperti ini juga akan membuat working mom tidak ingin lembur. Dengan kerja lembur, itu sama artinya dengan mengorbankan waktu bersama keluarga.
Padahal seringkali pekerjaan menuntut karyawan untuk bekerja lebih dari delapan jam, apalagi untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif.
3. Harus curi-curi waktu agar networking tetap berjalan
Working mom harus membagi pikiran dan energinya untuk dua hal yang menjadi tanggung jawabnya, yaitu sebagai pekerja dan ibu. Nah, saat weekend tiba, mereka akan lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, khususnya sang buah hati.
Saksikan Video Menarik Berikut:
4. Harus bisa multitasking
Punya beberapa peran sudah pasti harus memiliki kemampuan multitasking alias mengerjakan lebih dari satu hal dalam waktu yang bersamaan. Misalnya saja, tetap harus berangkat ke kantor karena ada meeting penting dengan klien besar di saat sang buah hati sedang rewel.
Ini merupakan tantangan buat ibu yang bekerja. Mereka harus tetap konsentrasi meeting dengan klien, dan di saat yang bersamaan juga harus tetap memantau si kecil yang sedang bad mood di rumah.
Kalau tidak bisa multitasking, fokus working mom sudah pasti terpecah antara menunaikan kewajiban kerja dengan menjalani peran sebagai seorang ibu. Bukan tidak mungkin ini nanti membuat kerjaan penting pun jadi berantakan. Ujung-ujungnya, ditegur atasan atau membuat gerak tim jadi terhambat.
5. Belajar percaya sama orang lain
Saat memutuskan untuk menjadi working mom, itu sama artinya dengan mempercayakan pengasuhan sang buah hati ke tangan pihak lain. Entah itu orangtua sendiri, babysitter, atau daycare.
Di sinilah ibu bekerja mau tidak mau, suka tidak suka, harus mulai belajar percaya kepada orang lain. Ini juga berlaku dalam hal pekerjaan. Kalau tidak percaya dengan rekan kerja, dan semua maunya dikerjakan sendiri. Akhirnya urusan anak dan pekerjaan kantor malah bisa jadi tidak ada yang beres.
6. Time management
Setelah working mom berusaha memiliki lima hal di atas, satu hal yang harus menjadi pelengkap semuanya adalah time management yang baik alias bisa bagi waktu.
Demi bisa menjaga keseimbangan hidup keluarga dan karier, seorang working mom entah bagaimana caranya harus memiliki sistem pengaturan waktu yang baik. Mulai dari mempersiapkan kebutuhan bagi anak dan suami, lalu mempersiapkan diri untuk bekerja setiap harinya.
Mereka juga harus bisa menyelesaikan semua pekerjaan di kantor dengan benar dan berusaha bisa pulang tepat waktu agar bisa kembali mengurus keluarga, khususnya sang buah hati.
Sudah pasti semua aktivitas tersebut benar-benar harus diatur, mana yang prioritas dan mana yang bisa dilakukan kemudian tanpa mengganggu hal yang lain.
Intinya, apa pun yang dipilih, entah itu menjadi ibu rumah tangga atau menjadi working mom, sah-sah saja. Namun perlu diingat kalau semua pilihan punya konsekuensinya masing-masing. *
Advertisement