Liputan6.com, Pyongyang - Firma analis asal Amerika Serikat merilis sejumlah foto pencitraan satelit teranyar yang menunjukkan sebuah pabrik konstruksi dan galangan kapal selam milik Korea Utara.
Hasil telaah pada gambar itu mengindikasikan bahwa negara yang pimpinan Kim Jong-un itu, tampak tengah mempersiapkan kapal selam sebagai alternatif peluncur rudal balistiknya. Demikian seperti yang dilansir News.com.au, Senin (14/8/2017).
Menurut kajian North 38 --firma analis dari John Hopkins University AS-- citra satelit menunjukkan aktivitas Korut yang tengah mempersiapkan dan mungkin mempersenjatai sejumlah kapal selamnya dengan rudal balistik.
Baca Juga
Advertisement
Meski begitu, lembaga think-tank itu tidak menyebut detail lokasi galangan kapal tersebut.
"Hasil pencitraan satelit menunjukkan sejumlah perkembangan di galangan. Hal itu mengindikasikan bahwa mungkin Korut tengah mempersiapkan alutsista peluncur rudal via maritim," jelas Joseph Bermudez, analis North 38.
Karena itu, muncul dugaan bahwa kemungkinan, dalam waktu dekat, Korut akan melakukan tes rudal balistik yang ditembakkan via kapal selam.
Berdasarkan telaah Joseph Bermudez, hasil pencitraan satelit itu juga menunjukkan perubahan posisi benda di sekitar kapal selam dan galangan dalam sejumlah kurun waktu.
"Sejak Juli, terpal yang menutupi bagian depan dan buritan kapal telah digantung. Ini mengindikasikan bahwa ada sejumlah aktivitas yang dilakukan di sana," jelasnya.
North 38 juga menyebut bahwa pola-pola gambar pada galangan tersebut menyerupai kondisi lokasi peluncuran tes rudal Pukguksong-1 --misil balistik yang ditembakkan via kapal selam-- yang pernah diuji coba pada pertengahan 2016.
"Terakhir kali hal serupa pernah terlihat dan dilakukan yakni pada periode Mei - Juli 2016, beberapa waktu sebelum tes rudal Pukguksong-1 yang mengalami kegagalan pada 9 Juli 2016," ujar si analis.
Peluncur rudal via kapal selam akan menambah variasi dan alternatif bagi Korut untuk menembakkan rudal jarak menengah dan jarak jauh antar benuanya.
Seperti yang telah ramai diberitakan, negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu telah memiliki silo dan peluncur rudal yang berbasis di darat.
Akan tetapi, dunia sempat meragukan kapabilitas varian peluncur rudal via alutsista laut milik Korut sejak gagalnya tes misil Pukguksong-1 pada 2016.
Namun kini, berdasarkan hasil telaah North 38, tidak menutup kemungkinan bahwa Pyongyang mungkin akan segera menyempurnakan peluncur rudal via kapal selamnya.
Retorika Baku Hantam Rudal Antara AS dan Korut
Jika hasil telaah North 38 pada citra satelit itu benar adanya, tensi tinggi antara Korea Utara dengan Amerika Serikat akan kian memuncak.
Ditambah lagi, kedua negara kerap "beradu mulut" dengan mengatakan pernyataan yang justru semakin memperkeruh keadaan.
Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengatakan, "tembakan dan amarah" tak cukup kuat menggertak Korut. Ia juga mengeluarkan ancaman baru bagi negara yang dipimpin Kim Jong-un tersebut.
"Korea Utara lebih baik bekerja sama atau mereka akan berada dalam masalah," ucap Trump, seperti dikutip dari Scotsman 11 Agustus 2017.
Korea Utara juga tidak main-main terkait ancaman akan menembak Guam dengan misil. Mereka merencanakan serangan tersebut dilakukan pada pertengahan Agustus ini.
Dari laporan Kantor Berita Korut KCNA, Pyongyang akan menembakkan empat misil ke Guam yang merupakan bagian dari teritori Amerika Serikat (AS).
KCNA melanjutkan, peluncuran ini hanya tinggal menunggu perintah Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong-un.
Roket Korut diprediksi mendarat di perairan Guam 19 sampai 40 kilometer dari dataran pulau tersebut.
Korut memastikan tidak akan bernegosiasi dengan AS dan Presiden Donald Trump. Mereka menegaskan, rencana serangan adalah respons dari pernyataan Trump yang dianggap mengancam.
"Menyuarakan dialog dengan orang itu (Trump) adalah kemustahilan. Dia hanya bisa dilawan dengan kekuatan," tulis KCNA, seperti dikutip dari BBC, 10 Agustus lalu.
Adu mulut dan retorika konflik bersenjata antara AS - Korut tersebut menuai kritik dari sejumlah negara.
Dari Moskow, pemerintah Rusia mengatakan, saling ancam antara Washington, DC dan Pyongyang sangat mengkhawatirkan mereka.
Menlu Rusia, Sergei Lavrov menyebut, risiko konflik militer saat ini sangat tinggi.
Sementara itu, Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan, eskalasi retorika adalah "jawaban salah" atas ketegangan yang terjadi.
Media China, Global Times, menulis dalam editorialnya, bahwa Beijing akan tetap bersikap netral jika Korut melancarkan serangan yang mengancam AS.
Namun, China menegaskan, jika AS dan Korsel menyerang Korut, untuk memaksakan pergantian rezim, Tiongkok akan ikut campur untuk mencegahnya.
Adapun, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan, "Semua hal itu (yang dilakukan Korut - AS) hanyalah gertak belaka. Yang kita butuhkan adalah menahan diri untuk masing-masing pihak."
Saksikan juga video berikut ini