Tensi Politik AS-Korut Mereda Bawa Wall Street Menguat

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham teknologi memberikan indeks dorongan terbesar.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Agu 2017, 05:00 WIB
(Foto: Forbes)

Liputan6.com, New York Wall Street ditutup menguat usai turun pada pekan lalu terdampak aksi jual. Dengan indeks S&P 500 membukukan persentase kenaikan terbesar dalam satu hari sejak April terpicu meredanya kekhawatiran konflik antara Amerika Serikat dan Korea Utara.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 135,39 poin, atau 0,62 persen, menjadi 21.993,71, sementara indeks S&P 500 menguat 24,52 poin, atau 1,00 persen, ke posisi 2.465,84. Adapun Nasdaq Composite bertambah 83,68 poin, atau 1,34 persen, ke level 6.340,23 poin.

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham teknologi memberikan indeks dorongan terbesar. Dengan saham Apple naik 1,5 persen, sementara indeks teknologi S & P 500 naik 1,6 persen.

Pasar membaik usai Pejabat AS berhasil meredakan risiko perang sebagai dampak konflik negaranya dengan Korea Utara. Ketegangan yang terjadi antara kedua negara ini memunculkan Kekhawatiran yang menurunkan pasar ekuitas hingga hampir US$ 1 triliun pekan lalu.

"Pasar kini memiliki penyesuaian dan minggu ini investor bisa duduk kembali dan mengatakan jika sedang menyaksikan situasi antara AS dengan Korea dan ini mungkin berefek ke pasar," kata Bucky Hellwig, Wakil Presiden Senior BB & T Wealth Management di Birmingham, Alabama.

Pekan lalu, indeks Volatilitas CBOE turun lebih dari 3 poin setelah melonjak ke posisi tertinggi dalam sembilan bulan. Demikian pula aset emas, yang mencapai tertinggi dua bulan juga turun.

Saham yang mencatat penguatan antara lain Snap Inc yang berakhir naik 6,5 persen setelah mencapai rekor. Kemudian saham Tesla naik 1,7 persen setelah dua Broker menaikkan target harga di bursa. Saham Alibaba naik 1,9 persen.

Sekitar 5,5 miliar saham berpindah tangan di bursa AS. Ini bila dibandingkan dengan 6,3 miliar rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir, Menurut data Thomson Reuters.

Tonton video menarik berikut ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya