Liputan6.com, New York Harga minyak jatuh lebih dari 2,5 persen di tengah volatile perdagangan juga terdorong penguatan dolar dan permintaan dari China yang melemah.
Melansir laman Reuters, Selasa (15/8/2017), patokan minyak mentah berjangka global Brent turun US$ 1,37 atau 2,63 persen menjadi US$ 50,73 per barel. Sementara minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate turun US$ 1,23, atau 2,52 persen ke posisi US$ 47,59 per barel.
"Ini karena dolar yang kuat, kekhawatiran tentang persiapan permintaan China, dan volume yang melemah," kata Phil Flynn, seorang analis Dengan Harga Futures Group di Chicago.
Baca Juga
Advertisement
Pasar minyak kali ini harus mengalah dari Dolar yang menguat usai pedagang membuat taruhan bearish terhadap mata uang AS yang terbantu meredanya kekhawatiran tentang tensi politik Korea Utara, data inflasi dan underwhelming.
Tidak adanya kembali ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un selama akhir pekan membawa investor kembali ke dolar, menurut para analis.
Turunnya harga minyak juga dipengaruhi berita tentang jatuhnya refinery di China. Analis menilai hal itu akan berdampak kurang baik ke harga minyak.
Upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan negara rekannya untuk membatasi keluaran minyak mampu membawa harga Brent melewati US$ 50 per barel. Namun, pedagang dan analis khawatir Output AS bisa merusak upaya pemotongan produksi tersebut.
Output minyak AS diperkirakan akan meningkat lagi pada September. produksi minyak serpih untuk September diperkirakan akan meningkat 117 ribu barel per hari menjadi 6,15 juta barel per hari.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: