Liputan6.com, Jakarta - Sempat menjadi raja smartphone pada era 2010-an, kiprah smartphone BlackBerry kalah dengan hadirnya smartphone dengan OS Android besutan Google, serta iPhone milik Apple.
Selama beberapa tahun, smartphone besutan BlackBerry seolah tenggelam gaungnya. Hingga 2016, perusahaan yang bermarkas di Kanada itu menjual lisensi perangkat ke perusahaan Tiongkok TCL.
Baca Juga
Advertisement
Dengan demikian, TCL memproduksi sekaligus menjual handset BlackBerry. Perangkat pertama yang dibesut TCL adalah BlackBerry KeyOne yang masih dilengkapi dengan keyboard.
Di Indonesia, BlackBerry bermitra dengan PT Tiphone Mobile Indonesia membentuk joint venture PT BB Merah Putih untuk memproduksi handset BlackBerry bagi pasar Indonesia. Produk pertama hasil kerja sama keduanya adalah BlackBerry Aurora.
Dengan kemitraan itulah, kedua perusahaan smartphone di Tiongkok dan Indonesia mulai menggarap perangkat BlackBerry serta memastikan kembali ke pasar ponsel.
Di sisi lain, kisah yang sama juga pernah dialami Nokia . Pernah sukses dengan ponselnya, Nokia seolah "tenggelam" dengan kehadiran BlackBerry, Android, dan iPhone.
Nokia lalu beralih ke perangkat Windows Phone. Namun, karena masih kalah bersaing dengan Android dan iPhone, gaung Nokia juga tak terdengar.
Hingga pada akhir Februari 2017, Nokia dengan pemegang lisensi merek Nokia HMD Global comeback dengan Nokia 3310 edisi 2017 untuk nostalgia. HMD Global juga menghadirkan smartphone Android Nokia, yakni Nokia 6, Nokia 5, dan Nokia 3.
Keuntungan BlackBerry dan Nokia
Dalam wawancara dengan VOA Indonesia, seorang analis bicara tentang comeback-nya BlackBerry dan Nokia ke pasar ponsel.
"Keuntungan dari BlackBerry, tepatnya TCL adalah tak ada produsen lain yang membuat smartphone dengan keyboard fisik. Meskipun peluang pasarnya hanya sedikit, tidak ada produsen lain yang membuatnya," ujar analis itu.
Pada waktu yang hampir bersamaan, HMD Global juga meluncurkan produk-produk baru Nokia, salah satunya Nokia 3310 untuk mengingatkan kembali konsumen atas masa jaya Nokia yang pernah menguasai pasar ponsel. Sekadar diketahui, pada 2000, Nokia 3310 pernah jadi ponsel paling laris dengan penjualan 136 juta unit.
"Penguasa pasar 10 tahun lalu (Nokia dan BlackBerry) lamban untuk merespons ancaman Android dan Apple. Apple dan Google dengan Android-nya mampu menggarap fitur yang lebih menarik, sehingga orang mulai beli," katanya saat bicara tentang kedua mantan "raja ponsel".
Meski sudah kembali ke pasar ponsel, Nokia 3310 bukanlah smartphone melainkan dumb phone. Artinya, ponsel itu hanya bisa dipakai untuk menelepon, berkirim pesan, dan bermain gim.
Namun rupanya, dumb phone masih punya pasar tersendiri. Lembaga riset teknologi informasi Gartner mencatat, selama satu tahun terakhir, 400 juta unit dumb phone terjual di pasar. Sementara, smartphone mendominasi pasar ponsel dengan penjualan sekitar 1,5 miliar unit.
(Tin/Isk)
Advertisement